Angka Stunting Jadi Catatan Seluruh OPD, Ini 3 Puskesmas Paling Tinggi Kasus Stunting

PENYAMPAIAN: Rembuk stunting yang dilakukan secara rutin untuk melihat progres capaian.--FOTO: Firmansyah.Koranrb.Id

Selaku motor penggerak, kedua OPD ini diharapkan tidak hanya menunggu data di balik meja namun turun langsung kelapangan.

‘’Saya minta dinas terkait harus turun ke lapangan pastikan tidak ada balita dibawah lima tahun Mukomuko yang kekurangan gizi, dengan mengikut sertakan pihak-pihak terkait baik pihak Kecamatan dan Pemerintah Desa (Pemdes),” tegasnya.

Kepala DP3AP2KB Kabupaten Mukomuko, Drs. Ramadan Panji mengatakan kalau pihaknya terus berkoordinasi dengan TPK dalam upaya pencegahan stunting. 

Setiap kelurahan dan desa memiliki TPK yang berjumlah tiga orang. Dari ketiga TPK tersebut terdapat kader Keluarga Berencana (KB), tim penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, (PPK) dan bidan desa. 

Setiap TPK mempunyai tugas utama dalam pencegahan stunting. Mulai dari melaksanakan pendampingan, penyuluhan, pelaporan dan memberikan rujukan pengobatan terhadap anak  penderita stunting. 

‘’Bidan sebagai koordinator pemberian layanan kesehatan, kader PKK memberikan informasi dan penggerak kesejahteraan keluarga serta kader KB bertugas mencatat pendampingan keluarga dan pelaporan dengan sistem aplikasi khusus,” ujar Ramadan.

BACA JUGA:6 Bisnis yang Sempat Menjamur Era 90-an Namun Sebagian Kini Sudah Hilang

BACA JUGA:Penyalahgunaan Obat Semakin Marak, Dinkes Akui Awasi Apotek dan Toko Terkait Perizinan

Lanjutnya, pentingnya penanganan stunting sudah diamanahkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. 

DP3AP2KB sebagai turunannya berperan menjadi koordinator dalam menurunkan angka stunting dengan melibatkan kader TPK di setiap kelurahan dan desa. 

Berdasarkan data stunting dari Puskesmas sampai dengan Juni lalu yang diterbitkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Mukomuko, untuk Puskesmas Teras Terunjam mencapai 8,8 persen, dan Puskesmas Lubuk Pinang mencapai 9,5 persen, baru lah disusul Puskesmas Lubuk Sanai 7,1 persen.

“Untuk kalkulasi keseluruhan tahun 2024, akan dihitung ditahun 2025 nanti. Yang pastinya dari Januari hingga Juni 2024, 3 Puskesmas ini memiliki anggka stunting balita lebih tinggi dari 14 Puskesmas lainya,” terangnya. 

Dalam penanganan stunting memang dibutuhkan kolaborasi lintas sektor, agar penanganan lebih mudah. Semoga saja hasil rembut stunting saat ini bisa memotivasi seluruh OPD agar bersama-sama menekan angka stunting di Mukomuko.

“Penanganan stunting harus dilakukan bersama, semoga ditahun ini angka stunting kita bisa turun dari tahun sebelumnya,” demikian Ramadan.

Tag
Share