IHSG Anjlok, Rupiah Melemah Usai Prabowo Umumkan Gibran Cawapres
Bakal Capres Prabowo dan Bakal Cawapres Gibran--
JAKARTA, KORANRB.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam sebesar 1,57 persen ke level 6.738,58 poin.
Begitupun mata uang Rupiah Indonesia (IDR), melemah mendekati level psikologis baru di Rp16.000/US$.
Pada pukul 9.55 WIB, Rupiah berada di Rp15.944/US$, mengalami penurunan sebesar 0,45 persen. Posisi Rupiah saat ini menjadinya mata uang paling lemah di Asia.
BACA JUGA: Golkar Resmi Usulkan Gibran Cawapres Prabowo
Sentimen negatif terhadap pasar yang diindikasikan anjloknya IHSH dan semakin melemahnya Rupiah, terjadi usai bakal calon presiden (capres) Prabowo Subianto mengumumkan Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal cawapres pada Minggu (22/10) malam.
Pengumuman Gibran, Wali Kota Solo sekaligus putra sulung Presiden Joko Widodo sebagai cawapres Prabowo, ternyata direspon negatif pasar keuangan Indonesia pada Senin (23/10) pagi.
IHSG terus anjlok 108,259 poin atau 1,58 persen ke level 6.740,809 pada perdagangan Senin (23/10) pukul 10.19 WIB.
Keputusan Prabowo untuk menggandeng Gibran sebagai cawapres dinilai telah menciptakan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar terkait ketidakpastian hasil Pilpres 2024.
BACA JUGA: Final, Gibran Dampingi Prabowo
"99 persen akan berlangsung pilpres dua putaran. (Pelaku) pasar makin pusing, ditambah sentimen regional juga," kata pengamat pasar keuangan dari Macro Strategist Samuel Sekuritas, Lionel Prayadi, Senin (23/10).
Sebelumnya, beberapa pelaku pasar memperkirakan Pilpres 2024 akan berlangsung lancar dalam satu putaran dengan calon yang dianggap ramah terhadap pasar.
Munculnya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menuai kritik keras karena dianggap ada benturan kepentingan politik, maka pasangan Prabowo-Gibran berada dalam posisi yang rentan terhadap sentimen negatif pasar.
‘’Yang menjadi dasar Gibran maju, putusan MK masih bisa digugat dan bila akhirnya dia gagal maju, bagaimana? Anies bisa menang apabila hal itu terjadi," kata Lionel.
Ketidakpastian semakin bertambah dengan “pecah Kongsi” antara PDI Perjuangan dan keluarga Presiden Jokowi.