Mengapa Primordialisme Kerap Muncul Menjelang Pilkada?
PRIMORDIAL: Primordialisme sering kali menjadi sorotan dalam konteks politik, terutama menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Foto: Pixabay --
Kandidat Pilkada sering kali memainkan isu identitas untuk menarik dukungan dari kelompok etnis, agama, atau suku tertentu.
Dengan memanfaatkan identitas primordial, kandidat dapat membangun solidaritas yang kuat dengan pemilih yang merasa memiliki kesamaan identitas dengan mereka.
BACA JUGA:Lowongan Kerja KPPS Pilkada 2024 Dibuka, Ini Besaran Gaji dan Masa Tugasnya
BACA JUGA:Ini Kelompok Masyarakat yang Rawan Golput pada Pemilu
Misalnya, seorang kandidat yang berasal dari suku atau agama mayoritas di daerah tertentu mungkin akan lebih mudah mendapatkan dukungan dari kelompok tersebut.
b. Kondisi Sosial Masyarakat
Kondisi sosial masyarakat juga berperan penting dalam munculnya primordialisme.
Di beberapa daerah, ikatan sosial berbasis identitas primordial masih sangat kuat.
Masyarakat yang hidup dalam lingkungan homogen secara etnis atau agama cenderung memiliki ikatan sosial yang lebih kuat dengan kelompoknya sendiri.
Menjelang Pilkada, ikatan sosial ini dapat dimanfaatkan oleh kandidat atau partai politik untuk mendapatkan dukungan, terutama ketika masyarakat cenderung lebih percaya pada orang dari kelompok mereka sendiri.
c. Rendahnya Tingkat Pendidikan dan Literasi Politik
Rendahnya tingkat pendidikan dan literasi politik di kalangan masyarakat juga menjadi faktor yang mendorong munculnya primordialisme.
Pemilih yang memiliki tingkat pendidikan rendah cenderung lebih mudah dipengaruhi oleh isu-isu identitas, karena mereka mungkin kurang memahami substansi dari program-program politik yang ditawarkan oleh para kandidat.
BACA JUGA:KPU Kepahiang Umumkan Status Kelengkapan Syarat 3 Bapaslon
BACA JUGA:Pilwakot Bengkulu 2024, Dani-Sukatno dapat Restu Kyai dan PWI