Angin Puting Beliung! Bagaimana Fenomena ini Terjadi?

Angin Puting Beliung--pixabay

Ketika awan cumulonimbus berkembang dengan cepat dan mencapai ketinggian tertentu, ia menciptakan kondisi yang mendukung terbentuknya angin puting beliung. 

Proses ini disebut sebagai downdraft, yaitu arus udara turun dengan kecepatan tinggi, yang kemudian dapat memutar dan membentuk putaran angin vertikal.

BACA JUGA:Pilkada Bengkulu Utara: Maksimal Dana Kampanye Arie-Sumarno Rp4,8 Miliar

BACA JUGA:Mobil Warga Ulu Manna Hanyut di Sungai Air Manna, Begini Kronologisnya

Angin puting beliung seringkali terbentuk di wilayah yang memiliki tingkat kelembapan udara yang tinggi. 

Kelembapan tinggi memberikan lebih banyak uap air yang bisa diubah menjadi energi dalam proses pembentukan awan cumulonimbus. 

Semakin lembap udaranya, semakin besar pula potensi terbentuknya badai yang memicu angin puting beliung.

Tekanan udara yang tidak stabil di suatu daerah dapat memicu pembentukan angin puting beliung. 

BACA JUGA:KPU Bengkulu Tengah Minta Paslon Tak Sembarang Pasang APK, Ini Tempat yang Boleh dan Dilarang

BACA JUGA:BREAKING NEWS: Kabur saat Sidang, Pelaku Pemerkosaan dan Perampokan di Kaur Ditangkap Setelah 6 Tahun Buron

Ketika tekanan udara di satu area turun secara tiba-tiba, udara di sekitarnya akan bergerak cepat ke daerah tersebut untuk mengisi kekosongan. 

Gerakan udara yang cepat ini, bersama dengan kondisi atmosfer lainnya, dapat memicu terjadinya pusaran angin yang akhirnya berkembang menjadi angin puting beliung.

Lansekap datar, seperti daerah pantai atau padang rumput, lebih rentan terhadap terbentuknya angin puting beliung karena tidak ada penghalang alami seperti gunung yang dapat menghentikan pergerakan cepat udara. 

Di Indonesia, angin puting beliung sering terjadi di dataran rendah dan pesisir, tempat udara bisa bergerak bebas tanpa hambatan topografi.

BACA JUGA:Ojol di Kota Bengkulu Lapor Diserang Geng Motor, Polisi Amankan 3 Orang

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan