Bantah Penyakit Ngorok Berasal dari Rumah Potong Hewan Padang Serai
RPH: Terlihat gedung RPH yang berada di Kelurahan Padang Serai Kecamatan Kampung Melayu pada Jumat, 6 Desember 2024 siang. RENO/RB--
Salah satu pemilik kerbau, warga RT 2 RW 1 Kelurahan Kandang, Sukardi (40) mengungkapkan dari total 25 ekor kerbau miliknya, hingga kemarin, 4 Desember 2024 sebanyak 4 ekor kerbau mati.
Ia menuturkan, tidak mengetahui secara pasti penyebab dari kematian 4 ekor kerbau miliknya tersebut.
Namun dari informasi yang ia terima dengan ciri-ciri kematian pada kerbaunya tersebut diduga terserang penyakit ngorok seperti kejadian di daerah Bengkulu Selatan beberapa waktu lalu.
“Sampai sekarang sudah 4 ekor yang mati saya juga tidak tahu apa penyebabnya apakah mati karena penyakit tertentu atau diserang virus juga tidak tahu,” ungkap Sukardi.
Ia mengukapkan pada saat pagi hari pada saat dilepas liarkan, kondisi kerbau-kerbau tersebut masih dalam keadaan sehat.
Namun pada saat menjelang sore ketika pulang ke kandang beberapa di antaranya mulai menunjukkan gejala seperti adanya busa yang keluar dari hidung kerbau, kemudian terlihat tidak aktif dari pada yang lainnya.
Melihat kondisi demikian, Sukardi langsung mengambil tindakan cepat dengan membeli 1 botol vaksin pencegah virus kerbau, namun tetap saja beberapa kerbaunya mati.
“Jadi ada yang timbul busa dari hidung kemudian terlihat tidak aktif dari pada yang lain, sudah dikasih obat besoknya mati,” kata Sukardi.
Sukardi berharap pemerintah segera melihat kondisi yang terjadi pada beberapa peternak yang berada di Kelurahan Kandang.
Dan segera mengambil tindakan untuk memberikan vaksin, mengingat dari 4 ekor kerbau yang mati tersebut ia mengaku mengalami kerugian hingga puluhan juta.
Ditambahkan Ketua RT 2 RW 1 Kelurahan Kandang Junaidi (52) membenarkan peristiwa kematian puluhan ekor kerbau milik warganya tersebut sudah terjadi sejak seminggu yang lalu.
Dari informasi yang ia terima setidaknya ada sekitar 7 peternak yang merugi akibat dari kematian beberapa ekor kerbau tersebut.
“Sudah beberapa peternak yang melapor kalau kerbanya banyak yang mati, untuk kematiannya sendiri tidak diketahui secara pasti namun diduga penyakit ngorok seperti yang terjadi di beberapa daerah di Bengkulu Selatan kamren,” ungkap Junaidi.
Junaidi juga mengatakan dari kejadian tersebut beberapa pemilik kerbau mengambil tindakan dengan langsung menjual, memotong dan mengobatinya secara mandiri untuk menghindari penyakit tersebut dan juga menghindari kerugian.
“Harapan dari kami memohon kepada dinas peternakan untuk bisa turun kelapangan mengeceknya bagaimana upaya selanjutnya dan langkah kedepannya untuk mencegah virus ini," demikian Junaidi.