Larung Sesaji, Jejak Kearifan Maritim dalam Budaya Jawa
KAPAL: Pawai yang mengantarkan sesaji sebelum dilarung di laut--SC/IG.klikmembaik
KORANRB.ID - Larung Sesaji menjadi salah satu tradisi budaya Jawa yang hingga kini terus dipertahankan sebagai ritual penghormatan terhadap kekuatan alam, khususnya laut yang diyakini memiliki energi dan penjaga gaib yang senantiasa melindungi kawasan pesisir.
Prosesi ini dilakukan sebagai bentuk terima kasih atas limpahan rezeki, keselamatan, serta pengharapan agar masyarakat yang hidup bergantung pada laut dijauhkan dari ancaman dan marabahaya.
Setiap tahunnya, tradisi ini digelar di berbagai wilayah pesisir Jawa, seperti Cilacap, Trenggalek, Pacitan, Kebumen, hingga pantai-pantai pesisir selatan Yogyakarta dan Jawa Timur, yang semuanya memiliki corak pelaksanaan hampir serupa namun tetap memegang kekhasan lokal masing-masing.
Larung Sesaji dimulai dengan persiapan sesaji berupa kepala kambing atau kerbau, tumpeng lengkap dengan lauk pauk, jajanan tradisional, hasil bumi, bunga, kain, serta perlengkapan ritual lainnya.
BACA JUGA:Fakta Menarik Suku Afrika Salah Satunya Suku Zulu Terbesar Terbesar di Afrika
BACA JUGA:Negara Pemilik Garis Pantai Terpanjang Kedua di Dunia Ternyata Adalah Indonesia
Sesaji tersebut tidak hanya dianggap sebagai persembahan, tetapi juga simbol keseimbangan kosmos yang melibatkan manusia, alam, dan Sang Pencipta. Masyarakat pesisir meyakini bahwa laut bukan sekadar sumber nafkah, melainkan ruang sakral yang berpenghuni dan harus dihormati melalui ritual tertentu, sehingga hubungan manusia dan alam tidak hanya berbasis pada eksploitasi tetapi juga etika spiritual.
Pada hari pelaksanaan, ribuan warga berkumpul di tepi pantai untuk menyaksikan rangkaian doa dan penyucian sesaji. Setelah semuanya siap, sesaji diletakkan dalam perahu hias yang didampingi tokoh adat dan perwakilan masyarakat menuju tengah laut.
Pelayaran ini berlangsung khidmat, diiringi gamelan dan doa yang mengalun mengantar sesaji hingga titik tertentu sebelum dilepaskan ke laut. Ketika sesaji sudah sepenuhnya dilarung, masyarakat percaya bahwa segala bentuk gangguan, bencana, hingga musim laut buruk akan ikut terbawa pergi bersama arus. Dalam momen itu, suasana syahdu bercampur sakral menjadi satu, menunjukkan kedekatan masyarakat Jawa dengan dimensi spiritual dan alam.
Selain nilai religius dan kepercayaan adat, Larung Sesaji kini menjadi daya tarik budaya yang mampu menghimpun wisatawan lokal hingga mancanegara. Ribuan orang berdatangan untuk menyaksikan prosesi unik yang menghadirkan perpaduan tradisi pesisir, musik gamelan, pertunjukan seni rakyat, hingga pawai budaya. Pemerintah daerah pun memanfaatkan momentum ini sebagai sarana pengenalan budaya sekaligus promosi pariwisata.
BACA JUGA:Tradisi, Tarian, dan Ritual Unik! Berikut 5 Budaya Kabupaten Tebo
BACA JUGA:Tradisi Melayu Pesisir yang Hidup! Berikut 3 Budaya Tanjung Jabung Timur
Kehadiran wisatawan juga memberi dampak ekonomi langsung bagi masyarakat, terutama pedagang, nelayan, pelaku seni, serta sektor penginapan yang kebanjiran pengunjung menjelang pelaksanaan ritual.
Meski perkembangan zaman telah membawa perubahan pada banyak aspek tradisi, Larung Sesaji tetap dipertahankan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan alam.