Pilot Batik Air Tidur Saat Terbang Dinonaktifkan, KNKT Sebut Pesawat Sempat Keluar dari Jalur Penerbangan
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono --sindonews
Terpisah, pengamat penerbangan Gatot Rahardjo menilai insiden itu bisa berdampak fatal.
Sebab, setiap detik memiliki konsekuensi serius karena kecepatan pesawat yang tinggi.
BACA JUGA:Tarif Parkir Belum Bisa Dipungut, Dishub Akan Evaluasi Kinerja Jukir
“Dampaknya bisa serius. Karena dalam operasional penerbangan itu hitungannya detik,” ungkapnya.
Sebetulnya, kata dia, kru penerbangan telah diberi back-up, baik sistem maupun sumber daya manusianya (SDM). Sehingga, jika salah satu tidak berfungsi, dapat digantikan oleh yang lain.
“Tapi kalau keduanya tidur, ya ini bahaya. Karena meskipun di pesawat ada sistem autopilot, tetap harus ada yang memantau,” tegasnya.
Gatot menduga kejadian itu buntut dari kejadian-kejadian sebelumnya.
BACA JUGA:Jangan Sampai Mutasi PNS di Lebong, jadi Alat Politik Jelang Pilkada
Pilot yang mengalami fatigue bisa jadi karena bekerja sangat berat sehingga kurang tidur atau kualitas tidurnya kurang.
Hal tersebut bisa jadi disebabkan jumlah SDM pilot berkurang.
Mengingat selama pandemi Covid-19, jumlah penerbangan juga berkurang.
“Ada teori namanya swiss cheese theory, di mana dikatakan bahwa satu kejadian itu adalah ujung dari kejadian-kejadian sebelumnya. Jadi, ini juga seperti itu,” katanya.
BACA JUGA:Pasangan Bukan Muhrim Terciduk di Kamar Hotel, 4 Remaja Tenggak Miras
Lalu, ketika jumlah penerbangan sudah bertambah pascapandemi, SDM pilot seharusnya disesuaikan.
”Jadi, memang pilot fatigue itu ada karena mereka sendiri yang tidak disiplin atau ada karena hal lain.