TAUSIAH: Ramadan, Lebaran dan Orientasi Akhirat

K.H. Mahir Mohamad Soleh, Lc--istimewa/rb

KORANRB.ID - Hari raya yang menjadi identitas sebagai hari rayanya umat Islam ada dua; Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. 

Selama dua puluh sembilan atau tiga puluh hari lamanya kita semua ditempa dalam ragam ibadah yang kita laksanakan selama bulan Ramadan, utamanya ibadah puasa.

Karena inilah inti dari inti adanya bulan ramadan sebagai bulan diwajibkannya kaum muslimin untuk melaksanakan ibadah puasa. 

Dalam beberapa riwayat, seringkali Baginda Nabi Muhammad SAW menyebutkan korelasi seseorang yang melaksanakan ibadah puasa dengan sungguh-sungguh dan keimanan kepada Allah SWT maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

BACA JUGA:Lebaran Pertama, Cuaca di Kota Bengkulu Cerah

Itu baru ibadah puasa yang kita laksanakan mulai dari azan subuh hingga jelang azan magrib. 

Belum lagi dalam redaksi yang lain, Baginda Nabi Muhammad SAW pun menyampaikan redaksi yang sama hanya beda pada kalimat pertama dengan diksi man Qama yang bermakna melaksanakan ibadah Qiyam di malam harinya.

Seperti salat tarawih, salat witir, salat tahajud, tadarus al-Quran termasuk itikaf dan qiyam lail di masjid pada saat memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.

Ini menunjukkan bahwa selama bulan Ramadan betapa kita diberikan kesempatan dengan wahana pahala yang melimpah ruah.

BACA JUGA:Meski Sudah Terurai, Kepadatan Merak Tetap Tuai Sorotan Jelang Lebaran Idul Fitri

Mulai sejak kita bangun pagi untuk melaksanakan sahur.

Sahur ini bahkan oleh Kanjeng Rasulullah SAW disebutkan akan mendapat keberkahan bagi yang menyantap sahur.

Sampaipun oleh beliau SAW menambahkan termasuk bagian dari sunnahnya bila diakhirkan saat menyantap sahur.

Tentu bukan bermakna jadi pembenaran ketika lima menit lagi mau azan subuh lalu makan berat dengan ukuran dua atau tiga porsi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan