Tradisi Ngelawang Barong Bangkung di Bali, Ritual Sakral Penolak Bala yang Tetap Lestari
NGELAWANG BARONG BAKUNG--Foto:Ig/n21patris
Anak-anak dan remaja banjar mempersiapkan barong bangkung beserta penabuh gamelan—biasanya bumbung atau kendang sederhana.
2. Ngider (Berjalan Berkeliling)
Rombongan mulai berjalan dari satu pekarangan rumah ke pekarangan lain, diiringi tabuhan ritmis. Pemilik rumah biasanya mengundang rombongan masuk ke halaman sebagai bentuk penghormatan.
3. Tabuh Rah dan Persembahan
Setelah barong bangkung “menari”, warga memberikan canang, beras atau uang sukarela. Dana tersebut nantinya biasanya digunakan untuk kegiatan adat atau kas banjar anak-anak.
BACA JUGA:Jejak Tradisi Nasi Bulung, Penyatu Kekerabatan Adat Batak Toba
4. Tujuan Utama: Penolak Bala
Kehadiran barong bangkung dipercaya sebagai simbol Bhuta Kala yang ditenangkan, sehingga kesialan dan energi buruk dapat dihalau.
Makna Filosofis Tradisi Ngelawang
Tradisi ini bukan sekadar tontonan anak-anak yang berkeliling desa, namun syarat nilai.
Pertama, menjaga keseimbangan sekala–niskala. Dalam pandangan hidup masyarakat Bali, keseimbangan antara dunia nyata dan dunia tak kasat mata harus terus dijaga.