Minat Masyarakat Bengkulu Investasi Pasar Modal, Tinggi

BELA/RB SOSIALISASI: Kabag Pengawasan Industri Keuangan OJK Bengkulu, saat menjadi salah satu narasumber di acara Strategi Finansial melalui Pasar Modal beberapa waktu lalu--

BENGKULU, KORANRB.ID - Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Bengkulu mencatat minat masyarakat Bengkulu berinvestasi di Pasar Modal terbilang tinggi. Data BEI, masyarakat Bengkulu bermain pasar modal mencapai 56.387 jiwa. 

Dikatakan, Kepala BEI Perwakilan Bengkulu, Marina Rasyada, dengan penduduk Bengkulu 2 juta jiwa, Pasar Modal di Provinsi Bengkulu selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. 

Dari sejumlah investor Bengkulu tersebut, 5.000 diantaranya berasal dari kalangan mahasiswa. Mulai dari umur 18 hingga 30 tahun.

BACA JUGA: Gali Potensi UMKM Ekspor ke Saudi 

"Kami di bursa efek terus melalukan edukasi. Salah satunya bekerjasama dengan Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) Provinsi Bengkulu, melakukan literasi keuangan dan berharap juga terhadap konklusinya," ujarnya. 

Diharapkan, dengan kolaborasi yang dilakukan serta dengan edukasi-edukasi tersebut masyarakat Bengkulu juga merdeka finansial melalui pasar modal. "Karena investasi itu sangat penting di kehidupan kita," tutupnya.

Salah seorang investor di BEI asal Bengkulu, Bhaihaki mengatakan dirinya sudah bermain pasar efek sejak tahun 2017. Saa ini, sejak awal bermain bursa efek, keuntungan yang ia dapatkan sudah mencapai 40 persen dari modal awal yang diajukan pada tahun 2017. 

"Jadi di pasar modal itu harus mengerti analisis keuangan, laporan tahunan untung atau tidaknya. Ini untuk menentukan membeli saham atau seperti apa," sarannya kepada masyarakat Bengkulu yang belum terlalu mengerti tentang dunia Pasar Modal.

BACA JUGA: Penyaluran Kredit Perbankan Tumbuh

Dia sedikit menjelaskan, bahwa bermain pasar modal tersebut juga ada risiko yang akan ditanggung. Karena tidak semuanya untung, ada saat ruginya. 

Namun yang terpenting, lanjutnya, lebih bijak dalam melakukan manajemen keuangan dalam saham tersebut. "Kita tidak boleh terlalu rakus dan tidak boleh grasak-grusuk, harus bijak," ujarnya. 

Baihaki menyarankan jangan membeli saham secara Fomo. Atau kecenderungan seseorang untuk berinvestasi dalam saham atau aset keuangan lainnya karena takut kehilangan peluang besar. 

Harus juga mengerti saham yang digunakan bergerak dibidang apa dan di mana. Serta, juga dilakukan analisis terhadap pemiliknya.

"Karena saham itu kalau rugi ya bisa rugi, kalau untung kita juga bisa untung. Karena keuntungannya ada yang dari kenaikan saham nilai dair saham itu sama deviden per tahunnya,’’ tutupnya.(bil)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan