Kurun 1 Tahun, 8.306 Ha Hutan Hilang, 60 Kecamatan Terancam Banjir
Kurun 1 Tahun, 8.306 ha hutan hilang, 60 kecamatan terancam banjir. Foto keadaan pohon yang rimbun di Kawasan Hutan Lindung bukit Daun Register IV di Liku Sembilan Kabupaten Bengkulu Tengah.--BELA/RB
BENGKULU, KORANRB.ID – Kawasan hutan di Provinsi Bengkulu sudah banyak berkurang. Bahkan Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi mendata, 8.306 hektare (ha) hutan di Provinsi Bengkulu sudah hilang, karena beralihfungsi, dalam kurun waktu satu tahun.
Hal tersebut, berdasarkan Analisis citra satelit sentinel oleh TIM Geographic Information System (GIS) yang dimiliki KKI Warsi.
Adanya 8.306 hektare hutan di Provinsi Bengkulu sudah hilang karena beralihfungsi ini disampaikan oleh KKI Warsi saat media Gathering dengan tema Refleksi Pengelolaan Sumber Daya Alam Bengkulu.
Media gathering ini dilaksanakan di Hotel Madeline, Jumat 26 Januari 2024, dihadiri oleh berbagai media di Provinsi Bengkulu.
BACA JUGA:1.227 CJH Belum Lunas Bipih, 2 CJH Bengkulu Tunda Berangkat
"Jika di tahun 2022 lalu, luas hutan di Provinsi Bengkulu 653.422 ha. Sementara di tahun 2023, hanya tersisa 645.116 ha. Artinya sekitar 8.306 ha hutan di Provinsi Bengkulu hilang," jelas Direktur Komunitas KKI Warsi, Adi Junedi.
Hilangnya 8.306 ha hutan tersebut, dikatakan Adi dapat menyebabkan pengurangan kemampuan tahan dalam menyerap air hujan.
Dengan begitu, dapat meningkatkan potensi aliran permukaan tanah sehingga berisiko terjadinya banjir.
“Berkaca dari banjir yang melanda sebagian besar daerah di Sumatera, maka Bengkulu patutnya bersiaga. Bahkan, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, selama Januari-Maret ini, 60 kecamatan se Bengkulu akan terdampak banjir," katanya.
BACA JUGA:PT DDP Kembali Pancing Kemarahan Warga, Matok Lahan HGU Habis Izin
Selain menyoroti adanya 8.306 ha hutan yang sudah hilang, pada analisis satelit yang dilakukan, pihaknya menyoroti juga adanya lahan terbuka. Termasuk di kawasan konservasi seperti taman nasional dan hutan lindung.
Penyebabnya hilangnya 8.306 ha kawasan hutan ini bervariasi, mulai dari pembukaan lahan tambang, perkebunan kelapa sawit hingga beralihfungsi menjadi pemukiman penduduk.
Ini menunjukkan kebutuhan mendesak untuk pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
“Perubahan tutupan hutan akan berpengaruh pada berkurangnya kemampuan bumi dalam menyerap air hujan, sehingga curah hujan berpotensi menjadi aliran permukaan,” kata Adi.