KORANRB.ID – Kinerja neraca perdagangan RI masih bertahan surplus.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyebut pada Maret tercatat USD 4,47 miliar.
’’Neraca perdagangan Indonesia kembali surplus, memperpanjang catatan surplus selama 47 bulan beruntun sejak Mei 2020,’’ ujar Amalia di Jakarta kemarin (22/4).
Amalia memerinci, surplus itu disebabkan ekspor Maret mencapai USD 22,43 miliar, lebih besar dibandingkan impor yang sebesar USD 17,96 miliar.
Ekspor Maret naik 16,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya atau month-to-month (MtM), sedangkan impor turun 2,6 persen MtM.
BACA JUGA:Musrenbang RPJPD Provinsi Bengkulu 2024-2045, Fokus Utama Pembangunan Infràstruktur
Neraca perdagangan Maret yang surplus USD 4,47 miliar itu tercatat naik sekitar USD 0,87 miliar dibandingkan Februari yang hanya mencapai USD 3,6 miliar.
Surplus neraca perdagangan terbanyak ditopang komoditas nonminyak dan gas (migas) sebesar USD 6,51 miliar dan juga didorong beberapa komoditas penyumbang lainnya.
Yakni, bahan bakar mineral, lemak, dan minyak hewan serta besi dan baja.
“Surplus neraca perdagangan nonmigas lebih besar dibandingkan bulan lalu dan bulan Maret pada tahun lalu,’’ imbuhnya.
Namun, secara kumulatif, Amalia menyebutkan bahwa neraca perdagangan periode Januari hingga Maret 2024 yang sebesar USD 7,31 miliar turun USD 4,80 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni USD 12,11 miliar.
BACA JUGA:Lebihi Waktu Berjualan, PKL Jalan Kedondong Diancam Tipiring
Di tengah konflik Iran-Israel yang memanas, Amalia mengatakan bahwa kondisi itu tidak berdampak signifikan pada Indonesia.
Alasannya, sepanjang 2023, nilai perdagangan ke Iran sebesar USD 206,85 juta atau 1,08 persen terhadap total nilai transaksi dengan Timur Tengah.
Perinciannya, ekspor Indonesia ke Iran hanya mencapai USD 195,13 juta atau sekitar 2,15 persen terhadap total ekspor ke Timur Tengah.