6 spesialis itu adalah spesialis ortopedi di RSO Soeharso, spesialis jantung di RSJPD Harapan Kita, spesialis anak di RSAB Harapan Kita, spesialis onkologi radiasi di RS Kanker Dharmais, spesialis saraf di RS PON, dan spesialis mata di RS Cicendo.
Selain itu, pendidikan berbasis rumah sakit diharapkan dapat memecahkan masalah distribusi dokter.
Selama ini, spesialis banyak berpraktik di kota.
Budi menyebutkan, nanti yang menjadi prioritas program tersebut adalah putra daerah.
BACA JUGA:13 Peserta Ikuti Asesmen JPTP Pemkab Lebong, Ini Harapan Bupati Kopli
“Yang susah mengambil spesialis, anak muda yang ingin tantangan, program ini cocok buat kalian,” ujarnya.
Meski program itu sudah berjalan, pendidikan dokter spesialis tetap akan dilakukan di universitas seperti yang selama ini dilakukan.
Dengan cara itu, pemenuhan spesialis dapat dilakukan lebih cepat.
Program itu merupakan salah satu transformasi kesehatan yang digiatkan Budi sejak menjabat Menkes.
BACA JUGA:Seram, Ini 8 Tanda ada Kuntilanak disekitarmu
Pada kesempatan lain, Dirjen Tenaga Kesehatan Arianti Anaya mengungkapkan, program hospitality based bukan hal baru. Sebab, sudah diterapkan di dunia.
“Kalau kita lihat, yang dari universitas juga 95 persen belajar di rumah sakit,” ungkapnya.
Dia menjelaskan skema hospitality based. Calon dokter spesialis belajar melalui rumah sakit yang ditunjuk. Rumah sakit yang ditunjuk itu punya jejaring hingga daerah.
Nah, daerah yang dituju adalah daerah yang selama ini minim dokter spesialis.
BACA JUGA:Duet Zurdi Nata dan Abdul Hafiz, Borong Dukungan Parpol
Dengan begitu, putra daerah diharapkan tertarik mendaftar dan mau praktik di daerah yang kosong itu setelah lulus.