Selain itu, dari Timur Tengah, terdapat meningkatnya risiko geopolitik yang menjadi perhatian pasar.
Dalam kajian yang sama, kondisi Rupiah terpantau menunjukkan pelemahan ke level Rp16.200-an per USD hingga akhir pekan lalu.
Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal FEB UI Budi Frensidy mengatakan bahwa untuk dapat menstabilkan Rupiah, pemerintah perlu dorongan fiskal di samping kebijakan moneter yang telah dijalankan oleh Bank Indonesia (BI).
BACA JUGA:KPK Keluarkan SE PPDB, Ingatkan Panitia Tidak Menerima Sesuatu dari Wali Murid
Menurut Budi, pemerintah perlu memastikan penyelesaian proyek strategis nasional (PSN) sesuai target dan menggunakan daya domestik dari bahan baku, teknologi, dan lainnya.
"Sementara kebijakan devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA) yang pemerintah canangkan belum dapat memaksimalkan cadangan devisa," tuturnya.
Sejalan dengan itu, kondisi neraca dagang yang surplus 48 bulan berturut-turut juga belum mampu mendongkrak cadangan devisa yang pada akhir April lalu kembali turun ke USD 136,2 miliar.
Mengutip data Bloomberg pada penutupan pasar, Jumat 31 Mei 2024, Rupiah menyentuh level Rp16.252,5 per USD.