Wartawan dan media yang sering mengeluarkan berita tidak akurat dapat kehilangan kepercayaan publik dan kredibilitasnya.
2. Verifikasi Informasi
Banyak informasi di internet yang berasal dari sumber anonim atau tidak terverifikasi yang membuat tugas verifikasi menjadi sangat sulit.
Teknologi seperti deepfake dan manipulasi gambar membuat verifikasi visual menjadi lebih rumit dan menantang.
Wartawan sering kali memiliki waktu yang terbatas untuk memverifikasi informasi sebelum harus melaporkannya, terutama dalam siklus berita 24 jam.
Kadang-kadang, mendapatkan konfirmasi dari sumber resmi memerlukan waktu, sementara tekanan untuk segera mempublikasikan berita tetap ada.
BACA JUGA:Mau Cari Hewan Kurban Harga Murah, Ini Pilihan Lokasinya di Bengkulu Utara
3. Tantangan Etis
Berita palsu sering kali lebih sensasional dan menarik perhatian dibandingkan dengan berita yang berbasis fakta.
Wartawan menghadapi dilema antara melaporkan berita yang benar namun mungkin kurang menarik atau mengikuti arus sensasionalisme untuk mendapatkan perhatian.
Wartawan harus mempertimbangkan etika jurnalistik dalam melaporkan berita, menghindari sensasionalisme yang dapat menyesatkan publik.
Dalam usaha untuk membongkar hoaks atau menyajikan berita, wartawan harus berhati-hati agar tidak melanggar hak privasi individu.
Wartawan harus menilai apakah pengungkapan informasi tertentu benar-benar untuk kepentingan publik atau hanya untuk menarik perhatian.
BACA JUGA:Perhatikan 8 Ciri Penelepon Anda, Awas Modus Penipuan yang Menguras Rekening Anda
4. Teknologi dan Media Sosial
Hoaks dapat menyebar dengan sangat cepat melalui media sosial, sering kali lebih cepat daripada berita yang diverifikasi kebenarannya.