Algoritma di platform media sosial sering kali memprioritaskan konten yang mendapat banyak interaksi yang sayangnya sering kali adalah hoaks atau informasi yang salah.
Banyak hoaks disebarkan oleh akun anonim atau palsu, membuat pelacakan sumber asli menjadi sulit.
Informasi tersebar di berbagai platform dan bentuk, membuat konsolidasi dan verifikasi informasi menjadi lebih kompleks.
5. Pengaruh Ekonomi
Media yang bergantung pada pendapatan iklan mungkin tergoda untuk mempublikasikan konten sensasional atau klikbait yang menarik banyak klik, meskipun itu berarti mengabaikan standar jurnalistik.
BACA JUGA:Mulai Musim Giling, SGN Targetkan 978 Ribu Ton Gula
Model bisnis berbasis iklan memaksa media untuk menarik perhatian dalam persaingan yang ketat, sering kali dengan mengorbankan kualitas dan integritas konten.
Banyak media mengurangi jumlah staf, termasuk wartawan investigasi yang sangat penting untuk verifikasi mendalam.
Investasi dalam teknologi verifikasi dan pelatihan wartawan menjadi terbatas sehingga menghambat kemampuan untuk melawan hoax secara efektif.
6. Dampak Psikologis dan Profesional
Wartawan sering menghadapi beban kerja yang tinggi dengan tenggat waktu yang ketat sehingga dapat menyebabkan stres dan burnout.
Serangan dan kritik dari publik, terutama melalui media sosial yang dapat berdampak pada kesejahteraan mental wartawan.
Wartawan merasa kewajiban profesional untuk memberikan informasi yang benar dan bermanfaat, namun sering dihadapkan pada kondisi yang menghalangi pelaksanaan kewajiban tersebut dengan baik.
BACA JUGA:Pilwakot Bengkulu 2024, Tunggu Rekomendasi DPP Parpol
Tantangan ini dapat berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan motivasi wartawan yang bisa berdampak pada kualitas pelaporan berita secara keseluruhan.
Pada intinya, dilema yang dihadapi wartawan di zaman serba hoaks sangat kompleks dan beragam.