Bhutan juga merupakan negara pertama dan satu-satunya di dunia yang menjadi karbon-negatif, artinya negara ini menyerap lebih banyak karbon dioksida daripada yang dihasilkannya.
3. Budaya dan Tradisi yang Dilestarikan
Bhutan berhasil menjaga dan melestarikan budaya dan tradisinya yang kaya.
Pakaian tradisional, seperti Gho untuk pria dan Kira untuk wanita, masih banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
Festival keagamaan seperti Tshechu, yang diadakan di berbagai kuil dan dzong (benteng-biara), masih diikuti dengan antusias oleh masyarakat.
BACA JUGA:Cucu Dimaki, Korban Sempat Memukul Sebelum Ditikam, Ini Kesaksian Cucu Korban
Selain itu, Bhutan juga melarang impor televisi hingga tahun 1999 dan menjaga pengaruh budaya luar tetap minimal.
4. Pemerintahan Monarki Konstitusional
Meskipun Bhutan adalah salah satu dari sedikit negara yang masih memiliki monarki, sistem pemerintahannya adalah monarki konstitusional.
Raja Bhutan, yang dikenal sebagai Druk Gyalpo, memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas dan kesejahteraan negara.
Namun, pada tahun 2008, Raja Jigme Singye Wangchuck secara sukarela mengurangi kekuasaannya dan mendorong negara menuju demokrasi, memperkenalkan konstitusi baru dan mengadakan pemilihan umum pertama Bhutan.
BACA JUGA:Penghujung Masa Jabatan, 1 Anggota DPRD Terima SK Pemberhentian
5. Pariwisata Terbatas dan Berkualitas
Bhutan menerapkan kebijakan pariwisata yang membatasi jumlah wisatawan untuk mengurangi dampak terhadap budaya dan lingkungan.
Setiap wisatawan harus membayar biaya minimum harian yang mencakup berbagai layanan seperti penginapan, makanan, pemandu wisata, dan biaya masuk.
Pendekatan ini memastikan bahwa pariwisata memberikan manfaat ekonomi langsung bagi negara tanpa merusak warisan budaya dan lingkungan.