Di satu sisi, ada yang merasa meningkatkan kepercayaan diri dan daya tarik mereka setelah menggunakan susuk.
Namun, di sisi lain, praktik ini juga dapat memperkuat stereotip kecantikan yang tidak realistis dan menekan perempuan untuk memenuhi standar yang mungkin tidak realistis.
Pemerintah beberapa negara telah mencoba untuk mengatur praktik susuk guna melindungi konsumen dari risiko kesehatan dan penipuan.
Namun, masih banyak tantangan dalam mengatur praktik ini karena keberadaannya yang sering terkait erat dengan tradisi dan kepercayaan lokal yang kuat.
BACA JUGA:Hampir 1 Minggu Kabut di Pagi dan Malam Bikin Sesak Napas, BPBD Sebut Bukan Karhutla
Mitos susuk adalah fenomena yang mencerminkan kompleksitas antara tradisi, kepercayaan, dan risiko kesehatan modern.
Meskipun banyak yang menganggapnya sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan, penting untuk tetap mempertimbangkan dampak kesehatan dan sosialnya secara cermat.
Pendidikan dan pemahaman yang lebih baik tentang praktik ini dapat membantu masyarakat membuat keputusan yang lebih berwawasan tentang keamanan dan manfaatnya.
Dengan demikian, menggali lebih dalam tentang mitos susuk tidak hanya membuka pandangan tentang kekayaan budaya masyarakat Asia Tenggara, tetapi juga mengajarkan kita tentang kompleksitas yang ada di balik praktik-praktik tradisional dalam konteks zaman yang terus berubah.
BACA JUGA:Tunggakan di BPJS Mandiri Capai Rp25 Miliar, Ini Rincian Setiap Kelas Perawatan
Ada beberapa jenis susuk yang umumnya dikenal beserta fungsi atau manfaat yang dipercayai masyarakat.
Susuk Emas dianggap memberikan kecantikan dan kilauan pada pemakainya.
Susuk emas juga sering diyakini dapat meningkatkan pesona dan daya tarik.
Selanjutnya ada Susuk Perak, sama seperti susuk emas, susuk perak juga diyakini dapat meningkatkan kecantikan dan daya tarik fisik seseorang.
BACA JUGA:Pilgub Bengkulu: Prediksi 5 Parpol Usung Rohidin, 3 Helmi dan 2 Rosjonsyah
Beberapa juga percaya bahwa susuk perak memiliki sifat perlindungan atau keberuntungan.