Meskipun Yogyakarta juga menjadi pusat perlawanan pada masa yang sama, Bukit Tinggi berfungsi sebagai ibu kota administratif dan pusat kegiatan pemerintahan.
BACA JUGA:2 Persimpangan Kota Bengkulu Butuh Traffic Light
Namun, dengan berakhirnya agresi militer Belanda dan kesepakatan internasional, pada Maret 1948, ibu kota dipindahkan kembali ke Yogyakarta.
Bukit Tinggi kemudian kembali ke perannya sebagai kota regional dan pusat budaya.
Peristiwa ini meninggalkan jejak penting dalam sejarah Indonesia sebagai bagian dari perjuangan melawan kolonialisme dan penegakan kedaulatan negara.
3 . Bireuen
Bireuen, sebuah kabupaten di Aceh, Indonesia, pernah menjadi ibu kota negara Republik Indonesia dalam periode singkat pada masa awal kemerdekaan.
Peristiwa ini terjadi dalam konteks Revolusi Nasional Indonesia, tepatnya antara 20 Agustus 1949 hingga 22 November 1949.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Indonesia menghadapi berbagai tantangan dari Belanda, yang berusaha kembali menjajah.
BACA JUGA:Vermin Calon Perseorangan Pilkada Kepahiang, Tetap Ada TMS
BACA JUGA:Kekerasan Anak dan Perempuan Tinggi, Kinerja Pemerintah jadi Sorotan
Pada agresi militer Belanda kedua yang dimulai pada Desember 1948, situasi di Jakarta dan Yogyakarta sangat tidak aman.
Pemerintah Republik Indonesia memutuskan untuk memindahkan ibu kota ke lokasi yang lebih aman dan strategis untuk menjaga kelangsungan administrasi negara.
Bireuen, yang terletak di Aceh, dipilih sebagai ibu kota negara selama periode krisis ini.
Pemindahan ibu kota ke Bireuen didorong oleh situasi keamanan yang memburuk di daerah lain serta upaya untuk menjaga agar pemerintahan tetap berfungsi secara efektif meskipun di tengah ancaman.