Gaya ini juga diadopsi oleh berbagai bintang olahraga, seperti pesepak bola dan pegulat, yang memperlihatkan daya tariknya yang serbaguna.
Pada masa kejayaannya, mullet bukan hanya sekadar gaya rambut, tetapi juga menjadi simbol dari identitas dan perlawanan budaya.
BACA JUGA:Ini 6 Tipe Kepribadian Lelaki! Kamu Termasuk yang Mana?
BACA JUGA:10 Daerah dengan Biaya Hidup Termahal di Indonesia, Kurang Cocok untuk Perantau
Di beberapa kalangan, memiliki mullet berarti menentang norma-norma sosial yang kaku dan menunjukkan kebebasan berekspresi.
Di sisi lain, mullet juga dikaitkan dengan stereotip tertentu, sering kali digambarkan sebagai gaya rambut yang kurang berkelas atau bahkan "kampungan."
Di awal tahun 1990-an, popularitas mullet mulai menurun.
Gaya rambut ini mulai dianggap ketinggalan zaman dan menjadi bahan lelucon di banyak media.
Acara-acara televisi dan film mulai mengolok-olok mullet, memperkuat citra negatifnya di mata masyarakat umum.
Ini menyebabkan banyak orang yang pernah mengadopsi gaya ini beralih ke gaya rambut yang lebih sederhana dan konvensional.
Meskipun popularitasnya menurun di akhir abad ke-20, mullet tidak pernah benar-benar hilang.
BACA JUGA:10 Daerah dengan Biaya Hidup Termahal di Indonesia, Kurang Cocok untuk Perantau
BACA JUGA:10 Peralatan Dapur yang Wajib Kamu Ketahui, Jangan Sampai Salah
Di awal abad ke-21, mullet mulai kembali muncul, terutama di kalangan anak muda yang tertarik pada gaya retro dan nostalgia.
Media sosial memainkan peran penting dalam kebangkitan ini.
Platform seperti Instagram dan TikTok menjadi wadah bagi individu untuk memamerkan mullet mereka, sering kali dengan sentuhan modern.