Ia meminta agar Pemkab segera ambil kebijakan karena semua pekerja dipabrik terutama kaum ibu ibu merupakan warga setempat.
Jika pabrik terus ditutup hingga waktu yang belum ditentukan, mereka mengaku kebingungan karena ada anak yang harus diberi nafkah serta kebingungan membayar cicilan dan keperluan rumah tangga lainnya.
Bukan tidak mungkin apabila nantinya pabrik terus ditutup, puluhan ibu ibu akan mendatangi Pemkab dan DPRD Seluma untuk meminta kejelasan dan pertimbangan.
“Jika memang Pemkab Seluma mau menutup seharusnya dipertimbangkan juga aspek sosial dan ekonomi masyarakat sekitar. Kalau seperti ini siapa yang akan memberi kamu nafkah, apakah Pemkab mau memberi kami masing masing Rp 400 ribu perminggu?”tanya Diana.
BACA JUGA:Jangan Dicoba! 10 Jenis Jamur ini Berbahaya Dikonsumsi
BACA JUGA:Wow! Berikut 6 Fakta Unik Serangga, Hewan Kecil Tersukses di Dunia
Dari pantauan RB dilokasi, tampak pabrik sudah dalam kondisi sepi dan lenggang, tidak ada aktifitas yang dilakukan, hanya ada beberapa buruh yang kebingungan untuk mencari pekerjaan untuk mendapatkan sesuap nasi.
Terpisah, meskipun buruhnya banyak yang mengeluhkan lantaran pekerjaan terancam hilang.
Namun pemilik pabrik yakni Didi Supriadi mengaku hanya bisa mengikuti arahan dari Pemkab Seluma.
Namun ia akan berupaya menyampaikan keluhan buruh kepada Pemkab Seluma dan DPRD Seluma sebagai pertimbangan.
BACA JUGA:Bikin Wajah Mulus! Cukup Gunakan 16 Bahan Alami Ini, Jerawat Kabur
Ia juga mengakui bahwa pabrik miliknya sudah mengikuti sesuai ketentuan yang berlaku, termasuk limbah dan asap. Bahkan izin pendirian pabrik yang berukuran 10 x 20 meter ini sudah dibuat sejak pabrik ini baru akan beroperasi.
“Pabrik ini baru 7 bulan beoperasi secara optimal, sejauh ini dari warga sekitar tidak ada keluhan dan izinnya sudah dibuat lagipula pekerja disini rata rata warga sekitar sini. Namun dari Pemkab informasinya ada keluhan masyarakat,”terang Didi.
Puncak dari keresahan ibu ibu buruh pabrik berawal dari Selasa pagi 6 Agustus 2024.