KORANRB.ID - Meskipun Indonesia dijajah oleh Belanda selama ratusan tahun.
Namun jumlah penduduk blasteran Indonesia-Belanda relatif sedikit dibandingkan dengan koloni lain yang mengalami kolonisasi serupa.
Fenomena ini bisa dijelaskan melalui beberapa faktor historis, sosial, dan budaya yang memengaruhi interaksi antara penduduk pribumi Indonesia dan penjajah Belanda. Ini penjelasannya
1. Belanda menerapkan kebijakan sosial yang sangat eksklusif di Indonesia.
BACA JUGA:Baru Netas Langsung Cari Makan! Berikut 6 Fakta Unik Angsa Brent
BACA JUGA:Kenali Olahraga Panahan Sejak Dini, Ini Peralatan dan Manfaat yang Diperoleh
Mereka memperlakukan diri mereka sebagai kelompok elite yang terpisah dari masyarakat pribumi.
Sistem stratifikasi sosial di Hindia Belanda menempatkan orang Eropa di puncak hierarki, sementara orang pribumi berada di tingkat bawah.
Perbedaan ini tidak hanya dalam status sosial, tetapi juga dalam hukum, pendidikan, dan akses terhadap sumber daya.
Perkawinan antara orang Eropa dan pribumi tidak dianjurkan dan sering kali tidak diakui oleh masyarakat kolonial.
BACA JUGA:Keceriaan Buah Hati di Hari Kemerdekaan
BACA JUGA:Mandiri Sejak Lahir! Berikut 6 Fakta Unik Soa Payung, Kadal Berjumbai
2. Pada awalnya, interaksi antara orang Eropa dan pribumi sebagian besar terjadi melalui perdagangan yang dikelola oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
VOC adalah perusahaan dagang yang lebih fokus pada eksploitasi ekonomi daripada kolonisasi dalam arti demografis.
Para pegawai VOC yang tinggal di Indonesia sering kali hidup terisolasi dari penduduk pribumi dan tidak memiliki banyak kesempatan untuk membentuk keluarga dengan orang lokal.