Tak hanya teori, guru-guru juga akan mengajak siswa untuk naik kereta dan menyeberang jalan untuk melihat pemahaman siswa tentang apa yang sudah mereka pelajari.
Selain itu, siswa juga dituntut menjaga kebersihan di tempat mereka beraktifitas.
Menariknya pelajaran yang diajarkan adalah tentang hal-hal yang biasa ditemui dikehidupan sehari-hari.
Menariknya lagi, untuk lulus mata pelajaran ini negara jepang tidak menganut sistem ujian tertulis maupun ujian lisan dengan setumpuk soal yang harus dijawab anak-anak.
Guru hanya akan mengamati aktifitas anak.
Selain itu, anak-anak juga akan diminta menulis sebuah karangan terkait dengan moral sebagai salah satu aspek penilaian kelulusannya.
Lalu hasil tulisan anak-anak tersebut akan didskusikan bersama dan wajib dipraktikan anak pada kehidupan sehari-hari.
BACA JUGA:Cegah Pengeluaran Membengkak, Ini 10 Cara Menghemat Penggunaan Gas Elpiji
3. Budaya Membungkuk Orang Jepang
Anda tentunya sudah tidak asing lagi dengan budaya membungkuk orang Jepang atau yang dikenal dengan istilah Ojigi.
Budaya ini adlaah salah satu budaya untuk menghormati orang lain. Budaya Ojigi sendiri menjadi pelajaran khusus bagi anak-anak di Jepang.
Dengan mempelajari Ojigi, anak-anak di Jepang akan selalu bisa menghormati orang-orang di sekitarnya.
Ojigi juga bukan hanya dilakukan pada orang yang lebih tua namun juga bisa dilakukan pada orang yang lebih muda.
Biasanya Ojigi dilakukan saat kita meminta bantuan, berdiskusi atau bertanya dengan orang lain.
Budaya membungkukkan badan bukan hanya semacam ucapan hormat dan terima kasih pada orang lain namun juga menunjukan jika kita bukan suatu ancaman bagi orang lain tersebut.
Anak-anak di Jepang selalu diajarkan budaya Ojigi tersebut.