Media sosial memainkan peran besar dalam menyebarkan isu-isu primordialisme.
Menjelang Pilkada, media sosial sering kali digunakan untuk menyebarkan narasi-narasi yang memperkuat identitas primordial, baik oleh para kandidat maupun oleh pendukungnya.
Hoaks dan disinformasi yang beredar di media sosial sering kali memanfaatkan sentimen primordial untuk menghasut perpecahan dan meningkatkan polarisasi di tengah masyarakat.
Informasi yang viral di media sosial dapat memperkuat stereotip dan prasangka antar kelompok, yang pada akhirnya mendorong munculnya primordialisme.
//Dampak Munculnya Primordialisme Menjelang Pilkada
Munculnya primordialisme dalam Pilkada memiliki dampak yang signifikan, baik secara sosial maupun politik. Beberapa dampaknya antara lain:
a. Polarisasi Sosial
Primordialisme yang digunakan dalam kampanye Pilkada sering kali menyebabkan polarisasi sosial.
Ketika kandidat memanfaatkan isu-isu identitas untuk mendapatkan dukungan, hal ini dapat memecah masyarakat menjadi kelompok-kelompok yang saling berlawanan.
Polarisasi ini tidak hanya terjadi selama masa kampanye, tetapi juga dapat berlanjut setelah Pilkada selesai, terutama jika konflik antar kelompok sudah mengakar kuat.
b. Memperlemah Persatuan Nasional
Primordialisme yang berlebihan dapat mengancam persatuan nasional. Ketika masyarakat lebih mementingkan ikatan primordial daripada identitas nasional, hal ini dapat menyebabkan perpecahan di tingkat lokal maupun nasional.
Indonesia sebagai negara yang sangat beragam rentan terhadap ancaman perpecahan ketika identitas primordial lebih dikedepankan daripada identitas kebangsaan.
c. Mengaburkan Isu Substansial dalam Pilkada
Penggunaan isu-isu primordial sering kali mengaburkan isu-isu substansial yang seharusnya menjadi fokus dalam Pilkada.
Alih-alih membahas program-program yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kandidat dan pendukungnya cenderung lebih fokus pada isu identitas yang bersifat emosional.