Hal ini menyebabkan pemilih kurang memahami program dan visi-misi yang ditawarkan oleh kandidat, dan memilih berdasarkan faktor yang tidak relevan dengan kinerja politik.
d. Menimbulkan Konflik Horizontal
Primordialisme juga dapat memicu konflik horizontal di masyarakat. Ketegangan antar kelompok yang berasal dari etnis, agama, atau suku yang berbeda dapat meningkat ketika isu primordial dijadikan alat politik.
Konflik ini dapat terjadi dalam bentuk kekerasan fisik, diskriminasi sosial, atau ketidakpercayaan antar kelompok yang berbeda identitas.
//Cara Mengatasi Primordialisme dalam Pilkada
Mengatasi primordialisme dalam Pilkada membutuhkan pendekatan yang komprehensif. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
a. Peningkatan Literasi Politik Masyarakat
Pendidikan politik yang baik dapat membantu masyarakat untuk lebih kritis dalam memilih pemimpin.
Dengan memahami pentingnya visi-misi dan program kerja kandidat, masyarakat akan lebih fokus pada substansi Pilkada daripada identitas primordial.
b. Penggunaan Media yang Bertanggung Jawab
Media, terutama media sosial, harus lebih bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi.
Pemerintah dan penyelenggara Pilkada juga perlu memantau konten yang disebarkan di media sosial agar tidak ada narasi yang memicu polarisasi dan perpecahan sosial.
c. Peningkatan Dialog Antar Kelompok
Dialog antar kelompok yang berbeda identitas perlu ditingkatkan agar masyarakat dapat saling memahami dan menghargai perbedaan.
Melalui dialog yang konstruktif, masyarakat dapat membangun ikatan sosial yang lebih kuat dan mengurangi ketegangan primordial.
Primordialisme kerap muncul menjelang Pilkada karena berbagai faktor, mulai dari politik identitas hingga rendahnya literasi politik.