Perubahan ini dapat mengakibatkan masalah pencernaan, seperti perut kembung, diare, dan gangguan metabolisme.
Pemanis buatan dapat mempengaruhi mikrobiota usus sehingga mengurangi kemampuan tubuh untuk memetabolisme glukosa.
Pada jangka panjang, ini bisa meningkatkan risiko gangguan metabolik, termasuk obesitas dan diabetes tipe 2.
BACA JUGA:Motor Hantam Truk, Pelajar SMA Bengkulu Utara Tewas di Tempat, Begini Kronologinya
2. Meningkatkan Risiko Diabetes.
Meski pemanis buatan sering dipasarkan sebagai alternatif yang lebih aman bagi penderita diabetes, konsumsi dalam jumlah besar justru bisa meningkatkan risiko diabetes.
Pemanis buatan dapat memengaruhi kemampuan tubuh dalam mengatur kadar gula darah.
Beberapa pemanis buatan dapat memicu peningkatan insulin dalam tubuh, meskipun tidak ada glukosa yang terlibat. Ini bisa menyebabkan resistensi insulin, yang menjadi salah satu penyebab utama diabetes tipe 2.
3. Kenaikan Berat Badan.
Ironisnya, meskipun pemanis buatan sering digunakan dalam diet untuk menurunkan berat badan, beberapa studi menunjukkan bahwa konsumsi berlebihan dapat menyebabkan kenaikan berat badan.
Pemanis buatan dapat memengaruhi sinyal rasa kenyang di otak. Karena tidak ada kalori yang masuk, otak mungkin tidak merasa kenyang, sehingga seseorang cenderung makan lebih banyak untuk kompensasi. Ini bisa berujung pada konsumsi kalori berlebih dan penambahan berat badan.
BACA JUGA:Sah! Jumlah DPT Kota Bengkulu 275.513, Terbanyak Berada di Kecamatan Selebar
4. Potensi Kanker.
Pemanis buatan seperti sakarin dan aspartam telah lama dicurigai memiliki potensi menyebabkan kanker.
Meski banyak studi pada manusia belum menemukan bukti yang meyakinkan, penelitian pada hewan menunjukkan bahwa sakarin dapat meningkatkan risiko kanker kandung kemih.
FDA dan WHO telah menyetujui penggunaan pemanis buatan ini dalam batas yang aman, tetapi konsumsi berlebihan tetap harus dihindari untuk mengurangi potensi risiko jangka panjang.