Dalam beberapa kasus Pilkada, calon dengan nomor urut lebih kecil lebih sering terpilih, terutama di wilayah dengan tingkat pendidikan pemilih yang lebih rendah dan di mana akses informasi terbatas.
Namun, di daerah dengan pemilih yang lebih terdidik dan terinformasi, pengaruh nomor urut cenderung lebih minimal karena pemilih lebih fokus pada kualitas dan program kerja calon.
Secara umum, nomor urut dapat mempengaruhi tingkat keterpilihan calon kepala daerah, meskipun pengaruhnya tidak selalu signifikan atau seragam di semua tempat.
Faktor psikologis seperti efek primacy dan recency, asosiasi angka dengan makna simbolis, serta strategi branding politik berbasis nomor urut dapat memberikan keuntungan bagi calon tertentu.
Namun, pada akhirnya, keterpilihan calon kepala daerah lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor lain seperti popularitas, rekam jejak, visi-misi, serta strategi kampanye yang efektif dalam menjangkau pemilih.