Selanjutnya Yayasan Peduli Sosial Nasional (Pesona) Bengkulu, mencatat setidaknya ada 10 warga Kabupaten Seluma yang terpapar virus HIV.
Dikatakannya jumlah tersebut memang cukup sedikit, karena ada beberapa warga Seluma yang mengikuti tes dan mendapatkan pelayanan pengobatan HIV nya di Kota Bengkulu, sehingga otomatis terdata masuk ke dalam data di Kota Bengkulu.
Sedangkan untuk total di Provinsi Bengkulu, ada sekitar 400-an pengidap HIV yang terdata.
“Untuk se Provinsi Bengkulu sekitar 400an orang, kalau untuk Kabupaten Seluma itu lebih kurang 10 orang karena kebanyakan masyarakat dari Seluma itu mengakses tes dan mendapat pelayanan pengobatan di Kota Bengkulu, sehingga datanya masuk di Kota Bengkulu,” ujar Direktur Yayasan Pesona Bengkulu, Rinto Harahap.
Untuk Kabupaten Seluma maupun Provinsi Bengkulu, paling banyak kasus terjadi pada wanita.
Bahkan ibu rumah tangga pun ada yang dinyatakan positif HIV.
Penyebabnya beragam, mulai dari seks bebas hingga banyak yang tidak waspada karena minimnya informasi dan sosialisasi mengenai HIV.
“Kebanyakan pengidapnya adalah wanita bahkan ibu rumah tangga, rata rata karena seks bebas dan tidak mengetahui informasi, sehingga mereka tertular tanpa sadar,” ujarnya.
Menurut Rinto, jika Pemerintah Kabupaten Seluma memberikan pemahaman kepada masyarakat, mungkin akan ada penurunan jumlah kasus HIV.
Namun kenyataannya dalam kurun waktu 2 tahun 3 tahun ini tidak ada anggaran untuk pembiayaan dalam pencegahan dan penanganan HIV bagi warga Kabupaten Seluma.
“Kalau dulu kita dilibatkan masuk sekolah-sekolah atau komunitas untuk memberikan edukasi penyuluhan bahkan pendampingan dan pengobatan,” terangnya.
Menurutnya, penyakit HIV hingga saat ini belum dapat disembuh secara total, namun bisa diberikan obat untuk “Menjinakkan” virusnya, obat ini dapat dikonsumsi seumur hidup pengidapnya.
Maka dari itu jika gejala HIV dapat diketahui lebih awal, maka dapat segera dibantu dengan pengobatan ARV, sehingga pengidapnya dapat hidup normal dan beraktifitas seperti biasa, bahkan bisa punya pasangan dan anak.
“Jadi sejak saat ini sebaiknya kita ketahui tentang diri kita sendiri, untuk obatnya saat ini gratis karena dibantu oleh pemerintah dan dari luar negeri. Namun untuk tes secara mandiri bisa dilakukan di beberapa klinik dengan biaya sekitar Rp 475 ribu,” pungkas Rinto Harahap.
Yayasan Pesona berdiri sejak 2014 bergerak di bidang kesehatan penanggulangan HIV dan rehabilitasi Napza di Kota Bengkulu.
Mempunyai visi misi membantu pemenuhan kebutuhan komunitas yang termarjinalkan bahkan distigma dan diskriminasi di masyarakat.