Sebagai contoh, genangan air yang sering muncul di depan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup saat musim hujan sulit untuk diatasi secara langsung karena berada di jalan provinsi yang membutuhkan intervensi pihak provinsi.
Selain itu, penanganan Sungai Air Duku yang sering meluap dan menyebabkan banjir membutuhkan upaya pengerukan atau normalisasi sungai. Namun, pengerukan ini tidak bisa dilakukan tanpa persetujuan dari kementerian, mengingat hal tersebut bisa berdampak pada pemukiman warga di sekitarnya.
“Kami harus mengajukan izin ke kementerian terlebih dahulu sebelum pengerukan, sebab jika tidak hati-hati, proses pengerukan dapat mempengaruhi bangunan yang berada di sepadan Sungai Air Duku,” jelas Noviansyah.
BACA JUGA:2 Pasangan Tidak Hadir Dalam Pernikahan Massal
BACA JUGA:Tak Hadir Saat Debat, Ada Konsekuensi Buat Paslon Pilkada 2024 Kepahiang
Sementara itu, Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Rejang Lebong, Dr. H. Herwan Antoni, S.KM. M.KM mengungkapkan bahwa kesiapsiagaan masyarakat perlu ditingkatkan agar masyarakat memiliki kesadaran lebih tinggi dalam menghadapi bencana alam.
Ia juga mengimbau agar seluruh camat dan lurah bersama OPD terkait aktif turun ke lapangan, mengecek titik-titik yang berpotensi banjir, dan mengajak masyarakat untuk melakukan gotong-royong membersihkan sumbatan pada saluran air atau drainase yang sering tersumbat sampah.
“Pembersihan rutin saluran air merupakan langkah sederhana namun sangat penting dalam mengantisipasi banjir,” tambah Herwan.
Herwan menjelaskan bahwa ada setidaknya tujuh titik rawan banjir yang perlu menjadi prioritas perhatian di musim hujan ini. Beberapa titik tersebut berada di wilayah Dusun Curup dan Jalan Baru.
“Kami berupaya memastikan bahwa antisipasi banjir di titik-titik ini berjalan dengan baik. Jangan sampai ada pemukiman yang terdampak parah, apalagi sampai jatuh korban jiwa,” tegasnya.