Kata-kata kasar dapat dianggap sebagai simbol perilaku destruktif yang merusak keharmonisan antara manusia dan lingkungan.
Manusia sering kali lupa bahwa alam memiliki kekuatan dan aturan yang harus dihormati.
Larangan ini menanamkan kesadaran bahwa ada batasan yang tidak boleh dilanggar saat berinteraksi dengan lingkungan.
BACA JUGA:BPBD Siapkan 51 Personel Amankan TPS Rawan Bencana di Kota Bengkulu
Bagi masyarakat adat, hutan bukan hanya tempat fisik, tetapi juga memiliki dimensi spiritual.
Dengan menjaga ucapan dan sikap, manusia menunjukkan penghargaan terhadap nilai-nilai budaya dan tradisi yang telah diwariskan.
Mitos larangan mengucapkan kata kasar di hutan memiliki peran penting dalam membentuk sikap manusia terhadap alam dan lingkungan.
Meskipun berakar pada kepercayaan tradisional, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya relevan dengan tantangan modern, seperti pelestarian lingkungan dan hubungan harmonis dengan alam.
BACA JUGA:Jaga Stabilitas Pangan, Polres Kaur Ajak Warga Kaur Bertanam
Dengan memahami makna di balik mitos ini, kita tidak hanya menghormati warisan budaya nenek moyang, tetapi juga belajar untuk menjaga keberlanjutan hidup di bumi.