KORANRB.ID – Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, sepanjang tahun 2024 menghadapi beragam bencana alam yang cukup signifikan.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), terhitung sejak Januari hingga Desember, terdapat 50 kejadian bencana yang melanda wilayah tersebut.
Jenis bencana yang tercatat meliputi tanah longsor, banjir, angin puting beliung, angin kencang yang menyebabkan pohon tumbang, serta kebakaran.
Akibat rangkaian bencana tersebut, kerugian material masyarakat diperkirakan mencapai Rp2,4 miliar.
Selain kerugian material, dampak bencana ini juga dirasakan dalam bentuk terganggunya aktivitas ekonomi dan keseharian masyarakat, terutama di kawasan terdampak parah seperti Kecamatan Selupu Rejang dan sekitarnya.
BACA JUGA:Sinergikan UMKM ‘BISA’ Ekspor dengan Perguruan Tinggi dan Kementerian UMKM
BACA JUGA:Belum Ada Gugatan, KPU Lebong Tunggu Surat dari MK
Kepala BPBD Rejang Lebong, Drs Salahuddin MSi, melalui Kabid Kedaruratan dan Logistik Agusti Al-Ansar SKM, didampingi Kasi Kedaruratan Rio Agustian Pakpahan, menyampaikan bahwa dari total kejadian bencana tersebut, tanah longsor dan banjir merupakan yang paling mendominasi.
“Setiap tahun, Kabupaten Rejang Lebong selalu menghadapi ancaman banjir dan longsor, terutama saat musim penghujan. Wilayah ini sudah dikenal sebagai daerah rawan, sehingga kedua jenis bencana tersebut tidak mengherankan jika menjadi yang paling sering terjadi,” ujar Agusti.
Ia menjelaskan bahwa tanah longsor paling banyak terjadi di Kecamatan Selupu Rejang, kawasan yang secara geografis memiliki banyak perbukitan dan lereng curam.
Sementara itu, banjir dilaporkan hampir merata di seluruh kecamatan.
BACA JUGA:Wamenekraf Apresiasi Markplus Conference, Turut Bantu Perkuat Sektor Ekonomi Kreatif
BACA JUGA:Bawaslu, Tingkat Kerawanan Pilkada Mukomuko 2024 Terkatagori Sedang
Sistem drainase yang kurang optimal dan curah hujan yang tinggi menjadi faktor utama penyebab banjir.
“Banjir tidak hanya terjadi di daerah dataran rendah, tetapi juga di beberapa kawasan lain yang sebelumnya jarang terdampak. Hal ini menunjukkan bahwa masalah lingkungan, seperti alih fungsi lahan dan kerusakan ekosistem, turut berkontribusi,” tambahnya.