KORANRB.ID - Gedung tempat penangkaran penyu yang berada di Desa Pekik Nyaring, Kecamatan Pondok Kelapa akhirnya ambruk setelah diterjang abrasi pantai di lokasi tersebut. Ambruknya salah satu gedung penangkaran penyu ini terjadi Senin malam, 9 November 2024.
Kepala Desa Pekik Nyaring, Noval Ananta mengungkapkan, abrasi di pantai Desa Pekik Nyaring sudah terjadi sejak tahun 2020. Akibat abrasi ini, setidaknya sudah 15 rumah ditambah satu gedung tempat penangkaran penyu yang sudah menjadi korban.
Ia meminta kepada pemerintah daerah maupun pemerintah pusat untuk memperhatikan kondisi ini. Apabila tetap dibiarkan, maka bukan tidak mungkin ke depan akan ada lagi rumah warga yang ambruk karena abrasi ini.
BACA JUGA:Main Judi Kartu, Empat Warga Bentiring Ditangkap Satreskrim Polresta Bengkulu
BACA JUGA:Bisa Meluncur dengan Patagium! Berikut 5 Fakta Unik Kubung Sunda
“Agar kondisi ini tak semakin parah, kami berharap kepada pemerintah bisa membangun pemecah ombak pada tahun 2025. Apabila belum ada juga tindakan dari pemerintah, maka dapat dipastikan akan lebih banyak lagi rumah warga yang ambruk,” jelasnya.
Sementara itu, Kabid Pengelolaan Ruang Laut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bengkulu, Sesbania Agumanti Folia mengatakan, pihaknya telah mendatangi lokasi abrasi dan melihat situasi dan kondisi. Pihaknya telah bersurat dan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk menangani abrasi di Desa Pekik Nyaring ini.
"Kami tidak hanya diam saja. Sebab kami sudah bersurat dan berkoordinasi dengan lintas sektoral, baik kabupaten, provinsi hingga pemerintah pusat terkait penanganan abrasi ini. Kita berharap semoga ke depan akan ada solusi konkret terkait penanganan abrasi ini," bebernya.
Ia menambahkan pihaknya juga telah memberikan sosialisasi penanggulangan bencana kepada masyarakat terdampak abrasi dan melakukan penanaman pohon. Ia juga mengingatkan kepada warga untuk ekstra berhati-hati ke depannya.
BACA JUGA:Curi Motor di Bengkulu Utara, Residivis Curanmor Ditangkap di Kepahiang
“Kita melakukan penanaman pohon cemara dan melakukan sosialisasi, dengan harapan masyarakat bisa menjaga tumbuhan-tumbuhan yang ada di pesisir pantai agar tidak terjadi abrasi kembali," kata Sesbania.
Pada bulan Juni 2024, Balai Wilayah Sungai Sumatera VII Bengkulu telah memasang geobox untuk memecah ombak dan menahan laju abrasi.
Akan tetapi dikarenakan penanganan yang dilakukan hanya bersifat sementara, geoblock yang dipasang tidak bertahan lama dan saat ini sudah rusak.
Geobox berupa karung yang berisikan pasir dan dipasang di sepanjang lokasi abrasi. Kegunaan geobox untuk mengurangi terjadinya abrasi pada daratan.