Namun demikian, UMKM Indonesia masih menghadapi banyak kendala antara lain berupa produktivitas, permodalan, penguasaan teknologi, dan akses pasar.
BACA JUGA:Sekwan Kepahiang Diperiksa Sampai Maghrib, Bupati Tunjuk Pelaksana Tugas
BACA JUGA: Meski Masuk Database BKN, Ini Sebab 800 Honorer Bengkulu Utara Tak Bisa Ikut Tes PPPK
Guna mendukung capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen pada 2029, Kementerian Perdagangan saat ini tengah berfokus pada tiga program yaitu Pengamanan Pasar Dalam Negeri, sehingga produk lokal dapat berdaya saing menjadi tuan rumah di pasar domestik; Perluasan Pasar Ekspor, dengan meningkatkan pangsa pasar produk ekspor indonesia di pasar global; dan Peningkatan UMKM BISA (Berani Inovasi Siap Adaptasi) Ekspor, untuk mendorong kontribusi ekspor UMKM terhadap ekspor nasional.
Terkait UMKM BISA Ekspor, program ini diharapkan dapat meningkatkan kontribusi UMKM terhadap ekspor nasional. Kementerian Perdagangan sendiri menargetkan ekspor nasional akan tumbuh 7,1 persen pada 2025 hingga 9,6 persen pada 2029.
Agar target tersebut dapat tercapai, diperlukan kolaborasi dan sinergi antar kementerian dan lembaga, baik pemerintah dan nonpemerintah, termasuk perguruan tinggi.
Wamendag Roro menjelaskan, pengembangan ekosistem UMKM BISA ekspor dilakukan dengan merangkul seluruh pemangku kepentingan dan perguruan tinggi merupakan salah satu mitra strategis.
Terkait hal ini, Menteri Perdagangan secara khusus juga telah mengadakan diskusi dengan perwakilan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia terkait dengan kolaborasi
pelaksanaan UMKM BISA Ekspor.
“Semoga sinergi dan kolaborasi antara pemerintah dan perguruan tinggi dapat terus memberikan kontribusi dan manfaat yang besar. Tidak hanya terhadap pembangunan ekonomi nasional, namun juga ke banyak sektor lainnya,” pungkas Wamendag Roro.