Maka munculah benteng Yourth di sekitar muara sungai Serut, lalu pada tahun 1713- 1719 sebuah benteng dengan nama Marlborough pun di bangun.
Tapi baru saja di bangun, benteng tersebut langsung di ambil alih kekuasaannya oleh pangeran Jenggalu.
Aksi inilah yang sampai sekarang disepakati sebagai hari jadi kota Bengkulu yang mana patungnya juga diabadikan.
Setelah itu pada tahun 1824 barulah Bengkulu diserahkan ke tangan Belanda. Masa penjajahan tersebut berakhir lantaran adanya perjanjian antara Inggris dan juga Belanda yang di buat berisi tentang kekuasaan Inggris di Bengkulu dan kekuasaan Belanda di Malakadan juga Singapura.
Karena menjadi tempat atau pusat perdagangan lada, Bengkulu akhirnya mulai jadi tempat yang heterogen untuk di tempati lantaran ekonomi nya yang mulai bergerak.
BACA JUGA:Ronaldo Paling Subur Kualifikasi Piala Dunia Zona Eropa
Suku asli atau paling banyak di Bengkulu adalah suku Rejang dan Suku Serawai. Akan tetapi meskipun jadi suku mayoritas di Bengkulu, suku rejang dan Serawai populasinya di kalahkan oleh suku pendatang yakni suku Jawa Dnegan populasi paling banyak di Bengkulu.
Dibalik cerita sejarahnya yang sangat panjang, ada kisah pilu di Bengkulu. Pasalnya berdasarkan hasil penelitian atau penghitungan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Bengkulu masih menjadi provinsi dengan angka kemiskinan nomor dua paling tinggi di pulau sumatera hanya di bawah Aceh.
Padahal jika dilihat dengan letak geografisnya Bengkulu merupakan salah satu tempat dengan kekayaan alam yang sangat melimpah.
Mulai dari kekayaan laut, hutan, dan juga pertanian yang sangat banyak. Namun tetap saja sampai dengan sekarang Bengkulu menjadi salah satu wilayah paling miskin di Sumatera.