Berikut suku asli dari Pulau Enggano adalah Kauno, Kaitaro, Kaarubi, Kaharuba dan Kaahoao. Adapun suku pendatang diluar penduduk asli dikategorikan dalam suku sendiri yang disebut suku Kamay, dimana masing-masing suku tersebut dipimpin oleh kepala suku.
BACA JUGA:13 Cara Agar Persabahatan Tetap Awet Sampai Tua, No 2 dan 9 Penting
Kesehariannya masyarakat Pulau Enggano dalam berkomunikasi sebagian besar menggunakan bahasa Enggano, sisanya menggunakan bahasa Indonesia.
Pulau Enggano masuk kedalam wilayah pemerintahan Kabupaten Bengkulu Utara, secara administratif.
BACA JUGA:Wisata Alam Bengkulu, Referensi Libur Nataru 2023, Ada Pantai Terpanjang di Indonesia
Dimana di pulau ini terdapat satu kecamatan yang terdiri dari enam desa, yang meliputi Kahyapu, Kaana, Malakoni, Apoho, Meok dan Desa Banjarsari.
Jarak tempuh menuju pulau ini sekitar 12 jam apabila menggunakan kapal dari dermaga Pulau Baai, dan 45 menit melalui perjalanan udara.
BACA JUGA:Wow! Penduduk di Desa Terpencil Ini Berkomunikasi dengan Bahasa Burung
Oleh karena kondisi alamnya yang dikelilingi oleh laut, maka Pulau ini mempunyai sumber daya alam yang berlimpah.
Dimana selain terumbu karang dan ikan tuna sirip biru, penyu hijau dan penyu sisik yang melengkapi biota lautnya. Tidak heran jika salah satu makanan khasnya adalah penyu.
BACA JUGA:Berenang, Cara Asyik Tingkatkan Kecerdasan dan Nafsu Makan Bayi
Adapun penyu ini dijadikan sebagai hidangan khas pada acara-acara sakral oleh masyarakat Enggao seperti acara pernikahan dan acara adat.
Suku ini mengkonsumsi penyu dalam jumlah yang berbeda pada saat acara ritual adat, adapun jumlah ini ditentukan dengan besar dan kecilnya jenis penyu yang ditangkap.
BACA JUGA:Daun Jambu Biji Ampuh Obati Masuk Angin, Begini Caranya
Tradisi mengkonsumsi penyu dalam acara ritual adat dan pesta pernikahan di suku Enggano ini telah diwariskan secara turun temurun dari para pendahulunya terdahulu.
Apabila tidak ada penyu yang berhasil ditangkap, suku ini meyakini akan ada musibah yang akan menimpa pemilik hajat.