KORANRB.ID – Kasus terkonfirmasi Demam Berdarah Dengue (DBD) ditahun ini mengalami penurunan. Saat ini tercatat oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bengkulu mencapai 48 kasus. Ini lebih rendah dibandingkan tahun 2022 yang lalu yang mencapai 117 kasus DBD.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bengkulu, Sri Martiana menjelaskan penurunan kasus positif DBD di Kota Bengkulu disebebkan cuaca ditahun 2023 yang cenderung panas dibanding tahun-tahun sebelumnya.
BACA JUGA:Kota Belum “Merdeka Sampah”
“Karena DBD itu sering terjadi saat musim hujan, sedangkan di Kota Bengkulu itu sendiri, sampai saat ini masih tidak menentu, dan cenderung musim panas,” sebut Sri.
Dibanding tahun lalu, terjadi penurunan sebanyak 69 kasus DBD di Kota Bengkulu. Ini dikatakan lebih baik karena Dinkes berupaya melakukan pencegahan dengan terus melakukan sosialisas.
BACA JUGA:ASN Pasangan Caleg, Jangan Lakukan Pertemuan Politik di Rumah
“Tentu ini kabar baik, dari 117 kasus turun ke 48 kasus ditahun ini karena saat ini masyarakat sudah sadar bahwa upaya pencegahan lebih baik, dan kita tetap berupaya dengan melakukan sosialisasi,” ujar Sri.
Mayoritas penderita DBD Kota Bengkulu didominasi oleh anak-anak. Hanya beberapa masyarakat dewasa yang terserang DBD.
BACA JUGA:Asidewi Target Bangun “Kampung Tabut”
“Paling dominan anak-anak, karena mereka sangat rentan terkena DBD,” ujar Sri.
Upaya pencegahan DBD ini dinilai berhasil karena dilakukan tanpa melakukan upaya fogging nyamuk besar-besaran untuk menghindari efek sampih yang ditimbulkan.
“Karena pencegahan terbaik adalah dari diri kita sendiri untuk mencegah nyamuk ini berkembang biak, karena tahun ini kita sudah jarang fogging, tetapi kita tetap upayakan sosialisasi,” ucap Sri.
BACA JUGA: Tiket Bus Ludes, Penumpang Didominasi Pelajar
Efek samping dari fogging sendiri dinilai lebih banyak ke negatif ketubuh manusia. Saat ini Dinkes Kota Bengkulu secara resmi mengurangi kegiatan fogging dilingkungan masyarakat meskipun banyak permintaan.
“Jangka pendek itu seperti sesak nafas, mual dan muntah, tetapi untuk jangka panjang bisa menimbulkan penyakit komplikasi lainnya,” terang Sri.