KORANRB.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Desember 2023 mencapai 0,41 persen month-to-month (MtM) dan 2,61 persen year-on-year (YoY). Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyatakan, tingkat inflasi bulanan akhir tahun itu menjadi yang tertinggi sepanjang 2023.
Dia memerinci, kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi 1,07 persen dan andilnya 0,29 persen.
’’Komoditas penyumbang utamanya adalah cabai merah dengan andil 0,06 persen. Bawang merah 0,04 persen; tomat 0,03 persen; cabai rawit 0,02 persen; beras 0,02 persen; dan telur ayam ras 0,02 persen,’’ ujarnya di Jakarta, Selasa, 2 Januari 2024.
BACA JUGA: Penataan Kawasan Wisata DDTS Dimulai Juli, Bulan Ini Lelang
Subkelompok makanan yang selalu lebih dominan memicu tingginya tingkat inflasi pada Desember. Komoditas lain yang juga menyumbang inflasi adalah tarif angkutan udara dengan andil 0,05 persen, emas perhiasan 0,02 persen, dan rekreasi 0,01 persen.
Dilihat secara tahunan yang mencapai inflasi 2,61 persen, Amalia menyebutkan bahwa terjadi kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Inflasi mencapai 6,18 persen dan andilnya 1,60 persen.
’’Komoditas yang memberikan andil inflasi kelompok ini adalah beras sebesar 0,53 persen; cabai merah 0,24 persen; rokok keretek filter 0,17 persen; cabai rawit 0,10 persen; dan bawang putih 0,08 persen,’’ jelasnya.
BACA JUGA:Bendahara BPBD Mukomuko Ditemukan Meninggal Gantung Diri
Meski demikian, Amalia menyebut inflasi tahunan mulai mengalami penurunan pada Desember 2023. Biasanya, tingkat inflasi yang tinggi terjadi pada periode perayaan hari besar keagamaan nasional (HBKN). Di antaranya, momen puasa-Lebaran serta perayaan Natal dan tahun baru.
’’Di luar periode terdampak pandemi (2020–2021), inflasi 2023 merupakan inflasi terendah dalam 20 tahun terakhir,’’ ucapnya.(dee/bil/c18/dio)
Inflasi Indonesia 10 Tahun Terakhir (YoY)
2013: 8,38 persen
2014: 8,36 persen
2015: 3,35 persen
2016: 3,02 persen