Masih jadi Misteri, Meriam di Makam Puyang Syekh Raja Mulya Tak Bisa Diangkat

Jumat 05 Jan 2024 - 10:06 WIB
Reporter : Rio Agustian
Editor : Fazlul Rahman

Meriam Puyang Ratu Agung di Desa Gedung Agung, Kecamatan Pino Kabupaten Bengkulu Selatan. meriam satu ini juga memiliki nilai histori yang kental akan mitos. 

Sebagai bukti, meriam ratu agung yang terbuat dari besi tua ini, sering mengeluarkan suara. Masyarakat setempat sering mengaitkan meriam meledak saat ada kejadian. Seperti anak cucu ratu agung terpilih menjadi pemimpin.

BACA JUGA:Sejarah dan Mitos Benteng Ana di Kabupaten Mukomuko, Dipercaya Ada Terowongan ke Kota Bengkulu

Salah satunya saat Agustin M Najamudin terpilih menjadi Gubernur Bengkulu tahun 2004 lalu. Selain itu meriam ini juga akan mengeluarkan suara apabila ada kejadian yang menimpa anak cucu puyang ratu agung. 

Namun hingga saat ini kebenaran dan bukti ilmiah soal meriam mengeluarkan suara masih menjadi misteri. Bagi yang masih penasaran dengan peninggalan sejarah tentang meriam dan cagar budaya lainnya.

BACA JUGA:Mitos Ular Penjaga Danau Nibung Mukomuko Terkait Nyi Roro Kidul

Di Kabupaten Bengkulu Selatan masih banyak peninggalan sejarah tentang meriam. Salah satunya lagi adalah, Meriam Honisoit buatan Inggris yang dibawa oleh Jepang dari Singapura dan masuk ke Indonesia, tahun 1942. 

Untuk melihat meriam ini cukup berkunjung ke Padang Panjang Kota Manna. Tepatnya di depan kantor Bupati Bengkulu Selatan. 

BACA JUGA:Mitos Bendungan Kokoh Karena Tumbal Manusia, Berikut Kisahnya

Sebelumnya meriam ini berada di pinggir pantai Kota Manna. Pemindahan meriam Honisoit ke Bundaran depan Kantor Bupati Bengkulu Selatan dilakukan pada tanggal 10 Januari 2008 berdasarkan kesepakatan Pemerintah Daerah Bengkulu Selatan dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi (BP3 Jambi) atau sekarang  dikenal BPCB Jambi (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi).

Meriam Honisoit dipindahkan dari Kelurahan Belakang Gedung DPRD Kabupaten Bengkulu Selatan ke Bundaran Jl. Raya Padang Panjang Manna Bengkulu Selatan atau Bundaran Depan Kantor Bupati. Latar belakang pemindahan ini dilakukan merupakan langkah pengamanan untuk mengantisipasi semakin tingginya ancaman yang ditimbulkan oleh abrasi laut.

BACA JUGA:Asal Mula Misteri Tumbal Kepala Manusia untuk Proyek Jembatan

Sejarah pemindahan meriam Honisoit sendiri telah terjadi sebanyak 2 kali pemindahan. Pemindahan pertama dilakukan pada tahun 1990-an dan yang kedua pada tahun 2008.

Meriam Honisoit berada di kompleks pertahanan Jepang yang terletak tepat di tepi Samudera Indonesia. Benda cagar budaya yang ada di situs ini meliputi sebuah meriam dan 2 buah bunker, serta parit-parit buatan yang menghubungkan antar bunker.

BACA JUGA:Keberadaan Suku Gaib di Indonesia, Salah Satunya Adalah Suku Paloh, Ada yang Bisa Terbang

Pada awalnya Meriam Honisoit terletak ± 20 m dari tepi Samudera Indonesia yang berupa tebing-tebing yang cukup curam, tetapi kemudian dipindahkan sejauh 35 m dari tempat asalnya karena tebing-tebing lautnya telah mengalami abrasi. Saat ini tempat kedudukan meriam yang asli telah jatuh ke laut.

Kategori :