Berdasar data, salah satu bencana yang paling banyak terjadi adalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Angkanya mencapai 1.802 kali dalam setahun. Menurut dia, salah satu penyebab tingginya angka karhutla di Indonesia tahun lalu adalah siklus El Nino. ’’El Nino itu siklusnya empat tahun,’’ imbuhnya. Dia menyebut Indonesia pernah terdampak El Nino pada 2019 dan 2015.
Bencana lain yang juga menonjol adalah bencana hidrometeorologi basah. ’’Seperti banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem,’’ kata Suharyanto. Saat ini fenomena serupa mulai terjadi di awal 2024. Daerah seperti Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat berisiko terdampak bencana hidrometeorologi basah.
Contohnya di Bandung, Jawa Barat. Banjir terjadi pada Kamis (11/1). Kepala Pusdatin BNPB Abdul Muhari menyatakan, banjir di Bandung dipicu oleh hujan intensitas tinggi yang mengakibatkan Sungai Cikapundung meluap hingga ke permukiman warga.
Berdasar informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), peringatan dini waspada potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang di Kota Bandung dan sebagian wilayah Jawa Barat sudah disampaikan. Sementara itu, laporan Radar Bandung, setidaknya 2.334 rumah warga di RW 5, 16, dan 17 Kampung Lamajang, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, masih terendam. Banjir terjadi akibat jebolnya tanggul Sungai Cikapundung usai diguyur hujan lebat pada Kamis.
Tinggi muka air (TMA) di lokasi kejadian dilaporkan ada di angka 120 cm. Sedangkan kondisi kemarin siang, TMA sudah berangsur surut hingga 40 cm.
Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengatakan, guna mengatasi banjir kali ini, pihaknya mengirim bantuan sementara untuk menutup tanggul yang jebol. Tujuannya agar air sungai tidak kembali masuk ke permukiman warga. ’’Langkah kami sementara dengan BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) Jawa Barat adalah menutup tanggul yang jebol menggunakan geobag,’’ kata Bey di lokasi kejadian kemarin.
Pihaknya pun sudah menyiapkan sejumlah mesin pompa untuk menyedot banjir yang masih menggenangi permukiman warga. Juga, menetapkan satu titik pengungsian yang dapat digunakan masyarakat. ’’Sejauh ini masih 300 jiwa. Sisanya masih banyak yang bertahan di rumah masing-masing,’’ tandasnya.
Sementara itu Badan jalan lintas Bengkulu-Kepahiang di kawasan Liku 9, tepatnya di kilometer 45, Desa Tanjung Heran Kecamatan Taba Penanjung mengalami keretakan dan ambles.
BACA JUGA:KUR Bengkulu 2024, Diprediksi Hingga Rp4 Triliun
Apabila dilihat dari kondisi badan jalan yang ambles ini sepajang 30 meter dengan lebar sekitar 2 meter dari marka jalan, tentunya kondisi ini membahayakan pengendara.
“Kondisi tersebut disebabkan derasnya hujan yang terjadi di kawasan gunung liku sembilan. Sehingga air yang mengalir dipermukaan badan jalan perlahan mengikis tanah, kondisi tersebut sudah dilaporkan ke pihak balai jalan nasional,” terang Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPBD Benteng, Gunawan R melalui Kabid Darurat dan Logistik BPBD Benteng, Andri Edo Saputra.
Dia meminta seluruh warga Kabupaten Benteng untuk selalu waspada apabila Kabupaten Benteng sudah diguyur hujan dengan intesitas tinggi.
Apalagi beberapa hari ini sudah ada gambaran bencana alam yang terjadi, mulai ada beberapa titik yang mengalami longsor, jalan yang putus, sungai air meluap dan ada jalan yang sudah ditutupi oleh banjir.
“Kami dari BPBD Benteng mengimbau kepada seluruh warga untuk ekstra berhati-hati dan waspada. Apalagi daerah-daerah yang sudah menjadi langganan banjir maupun longsor apabila musim hujan sudah melanda Kabupaten Benteng,” tegasnya.
Di sisi lain BPBD juga sudah menyiapkan Satgas yang akan selalu standby 24 jam apabila bencana alam terjadi. Bahkan pihaknya juga sudah menyiapkan sarana prasarana apabila bencana alam terjadi di Kabupaten Benteng. Namum pihaknya berharap dan berdoa Kabupaten Benteng tidak dilanda bencana alam.
BACA JUGA:Terima LHP 2023, Gubernur: Segera Petakan dan Selesaikan