"Pertama, sekelompok orang sengaja melakukan stalking (pembuntutan) dengan misi membahayakan," ujar Reza dalam keterangan kepada JPNN.com, Jumat (12/1/2024).
Menurut Reza, jangankan membunuh, sebatas stalking dengan niat bahaya pun sesungguhnya sudah harus disikapi serius.
"Ingat, perilaku kekerasan cenderung bereskalasi, jika tidak disetop selekasnya," lanjut sarjana psikologi jebolan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu.
Kedua, lanjut Reza, mengibaratkan ancaman pertama sebagai tes ombak, ternyata "disambut positif" oleh viewers lainnya.
BACA JUGA: Anies Bahas Pangan, Prabowo Terima Dukungan Gempita, Ganjar ke Klaten
Dengan kata lain, Reza menyebut ada lebih dari satu orang yang mengintai Anies dan sampai berpikir menghabisinya. Keberadaan sejumlah orang itu menurutnya bisa memantik fasilitasi sosial.
"Artinya, keinginan merealisasikan niat jahat itu diperkuat oleh orang-orang tersebut satu sama lain. Peluang bagi terjadinya penembakan pun meninggi," ujarnya.
Ketiga, Reza mengatakan pembunuhan itu akan dilancarkan lewat penembakan. Kalau penembakan jarak dekat, semoga bisa dicegah. Sebab, ada 37 polisi per tim untuk mengawal masing-masing capres
"Asumsinya, tersedia pengawal dalam jumlah yang cukup untuk memagari Anies," kata pakar yang pernah mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK/PTIK) itu. (**)