KORANRB.ID – Indonesia memiliki peluang yang besar dalam pengembangan industri furnitur dan mebel.
Alasannya, didukung ketersediaan bahan baku yang melimpah.
Upaya hilirisasi atau peningkatan nilai tambah sumber daya alam itu perlu terus dipacu untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.
”Di sisi lain, Indonesia merupakan sumber dari 80 persen rotan dunia dan Indonesia juga memiliki potensi bambu yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan produk-produk hilirnya.
BACA JUGA:Bank Mandiri Luncurkan e-money Edisi Khusus Tingkatkan Inklusi Keuangan
BACA JUGA:Genjot Produksi Motor Listrik, United E-Motor Melantai di BEI
Apalagi, nilai ekspor produk furnitur kita pada tahun 2022 mencapai USD 2,5 miliar,” ujar Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika kemarin (27/1).
Putu menyebutkan, saat ini pihaknya fokus menjalankan lima kebijakan strategis dalam upaya pengembangan industri furnitur yang bisa berdaya saing global.
Yakni, fasilitasi ketersediaan bahan baku, ketersediaan SDM terampil, peningkatan pasar dan penguatan riset referensi pasar, peningkatan produktivitas, kapasitas, dan kualitas produk serta fasilitasi iklim usaha kondusif dan peningkatan investasi.
BACA JUGA:Astra Motor Bengkulu dan Polisi Datangi SMKS 16 Kota Bengkulu, Ada Apa?
BACA JUGA:WUBI dan PUBI Bank lndonesia Kembangkan UMKM Bengkulu
”Fasilitasi ketersediaan bahan baku dilakukan melalui upaya perbaikan penyediaan akses yang lebih baik.
Sehingga tercapai pola rantai pasok bahan baku furnitur ideal melalui fasilitasi Pusat Logistik Bahan Baku Industri Furnitur.
Di mana untuk bahan baku papan kayu difasilitasi mulai tahun 2022, sedangkan tahun 2024 akan difasilitasi untuk bahan baku rotan,” paparnya.
Di lain pihak, Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) optimistis bahwa kinerja ekspor mebel pada tahun ini akan meningkat meski penuh dengan tantangan regional maupun global.