Kasih Tak Sampai Pierre Tandean-Rukmini, Sudah Tetapkan Bulan Pernikahan

Senin 05 Feb 2024 - 15:40 WIB
Reporter : Arie Saputra
Editor : Patris Muwardi

Keluarga Pierre merasa lega, karena anak mereka tidak lagi berada di tengah-tengah medan pertempuran.

Rukmini merasa senang mendengar kabar bahwa kekasihnya tidak lagi bertugas dalam operasi Dwikora. 


Pierre Tendean. Sumber: Google.--

Meskipun menjalani hubungan jarak jauh melalui surat menyurat, pada tahun 1965, Pierre dan Rukmini memutuskan untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan.

Pierre juga menulis surat kepada keluarganya, memohon doa restu untuk menikahi Rukmini. Saat mendampingi Jenderal Nasution dalam tugasnya ke Medan pada 31 Juli 1965, Pierre menyempatkan diri untuk menemui keluarga Rukmini dan melamar. Hari pernikahan mereka ditetapkan pada bulan November tahun 1965.

Keseriusan Pierre dalam menikahi Rukmini memang sungguh luar biasa. Untuk menambah biaya pernikahan, setiap malam Pierre bahkan mengambil pekerjaan sampingan sebagai sopir traktor meratakan tanah proyek pembangunan Monas.

Selama berbulan-bulan menjalani profesi sampingan itu, Pierre juga rajin mencari informasi tentang rumah kontrakan di sekitar Menteng, tempat yang akan dia dan Rukmini tempati setelah menikah nanti.

BACA JUGA:Ternyata Bukan Malam Jumat Kliwon, Inilah Waktu Favorit Makhluk Halus Berkeliaran

Sebelum kejadian berdarah 30 September 1965, Pierre mengirim surat kepada keluarganya, memberi tahu bahwa mungkin tidak bisa pulang saat perayaan hari ulang tahun ibunya karena sedang dalam tugas. Namun, ia berjanji akan mengucapkan selamat ulang tahun melalui telepon.

Pada malam 30 September, ketika terjadi pengepungan rumah Jenderal Nasution, Pierre sebenarnya tidak berada dalam tugas piket. Ia telah menyerahkan tugas jaga kepada Komisaris Polisi Hankam Mansyur.

Mendengar kebisingan suara tembakan, atas inisiatifnya, Pierre mengambil jaket dan senjatanya untuk menghadapi pasukan itu. 

Tidak adanya instruksi operasi yang jelas kepada pasukan Tjakrabirawa menyebabkan kebingungan, dan mereka salah mengenali Pierre sebagai Jenderal Nasution. Akibatnya, Pierre dibawa dan dieksekusi di Lubang Buaya.

Pada malam yang naas itu, Ibunda Pierre Tendean menunggu telepon dari anak laki-lakinya yang satu-satunya, tetapi telepon tak kunjung datang. 

Pada saat yang sama, Pierre tewas, menjadikan malam itu berkesan tragis dan bertepatan dengan ulang tahun ibunya.

Pada 5 Oktober 1965, pemerintah mengirim pesawat untuk menjemput keluarga Pierre Tendean di Semarang. 

Melihat peti jenazah Pierre Tendean, sang ibu menangis dan meratap, "Pierre, Pierre, mijn jongen, wat is er met jou gebeurd (Pierre, Pierre, anakku, apa yang terjadi denganmu)."

Kategori :