KORANRB.ID – Data inflasi Amerika Serikat (AS) lebih tinggi daripada perkiraan pasar.
Hal tersebut meningkatkan ekspektasi terhadap The Federal Reserve (The Fed) yang tidak mungkin menurunkan suku bunga acuannya sebelum Juni mendatang.
Sentimen itu membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) akan tertekan pekan ini.
”IHSG berpeluang melemah dengan support di level 7.197 sampai 7.099 dan resistance di 7.403 hingga 7.450,” kata analis pasar modal Hans Kwee, Minggu 18 Februari 2024.
Indeks harga konsumen (IHK) AS pada Januari lalu sebesar 3,1 persen.
BACA JUGA:Mitos Atau Fakta di Balik Nama Talang Aur, Desa di Kabupaten Empat Lawang
Menurun jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya di level 3,4 persen.
Hanya, realisasi tersebut lebih tinggi daripada ekspektasi pasar 2,9 persen.
Indeks harga produsen (IHP) AS untuk permintaan akhir naik 0,3 persen setelah sempat turun 0,1 pada Desember 2023.
”IHK relatif lebih tinggi dan IHP AS juga lebih tinggi sehingga mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga acuan oleh The Fed. Probabilitas pemotongan bunga The Fed tahun ini turun menjadi empat kali dan baru terjadi pada Juni 2024,” jelas dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti tersebut.
Dari Asia, Jepang memasuki periode resesi.
Dengan demikian, potensi pengetatan kebijakan moneter Bank of Japan (BOJ) akan tertunda.
Di sisi lain, harga minyak naik di tengah memanasnya tensi konflik di Timur Tengah.
BACA JUGA:Pemungutan Suara Ulang di Beberapa TPS!
”Dari dalam negeri, euforia hasil pemilu diperkirakan berlangsung jangka pendek dan pelaku pasar akan fokus pada kinerja korporasi. BI diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan pada 6 persen dalam pertemuan Rabu 21 Februari 2024,” terang Hans.