Sumardi menerangkan, pentingnya menjaga stabilitas harga beras menjelang bulan Ramadan, karena pada momen tersebut biasanya kebutuhan beras meningkat signifikan.
"Jangan sampai dengan peningkatan itu malah berdampak terhadap fluktuasi harga.
Karena bisa memberikan dampak besar pada masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah," kata Sumardi.
Sumardi menambahkan, pihaknya telah melakukan berbagai langkah strategis di tingkat DPRD Provinsi Bengkulu untuk mendukung upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas harga beras.
BACA JUGA:2 Terdakwa BTT Kembali Cicil KN Rp100 Juta
Termasuk memastikan adanya regulasi yang mendukung petani lokal, distribusi beras yang efisien, dan mengawasi kenaikan harga secara cermat.
"Karena itu berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat," jelas Sumardi.
Lebih lanjut Sumardi mengemukakan, langkah-langkah konkret juga mesti diambil pemda untuk mengantisipasi lonjakan permintaan beras menjelang bulan puasa.
"Koordinasi yang erat antara pemerintah daerah, petani, dan para pedagang beras menjadi kunci dalam menjaga kelangsungan pasokan dan harga yang wajar," jelasnya.
BACA JUGA:Harga Bapok Kian Melejit, Warga Menjerit
Di sisi lain, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bengkulu, Darjana menuturkan, berdasarkan informasi yang ia terima beberapa faktor mempengaruhi kenaikan harga beras tersebut.
Seperti diketahui, di akhir tahun 2023, faktor cuaca ekstrim.
Yang tentu dapat menyebabkan gagal panen.
"Selain itu, masuknya masa tanam, padi pada triwulan 1 tahun 2024, dan kenaikan biaya produksi, juga menjadi faktor penyebab kenaikan harga beras ini pula," tutur Darjana.
BACA JUGA:Baru 2 Dewan Lunasi TGR, 10 April Paling Lambat
Meski begitu, masa panen diprakirakan akan terjadi pada akhir Maret hingga Mei 2024.