Empulur sagu memiliki sifat yang mudah rusak karena cepat teroksidasi, sehingga industri tidak dapat memperoleh bahan baku empulur sagu dari lokasi yang jauh.
Pemerintah bekerja sama dengan industri pati sagu untuk mengembangkan model bisnis industri pati sagu dengan menggunakan sagu basah produksi UMKM sebagai bahan baku industri pati sagu.
Pemanfaatan sagu basah UMKM ini dapat memperlambat proses oksidasi sehingga jangkauan bahan baku industri pati sagu semakin luas serta dapat memberikan nilai tambah pada petani sagu.
Selain pengembangan model bisnis sagu, Kemenperin juga mendukung diversifikasi produk olahan pati sagu.
BACA JUGA:Naskah Akademik Hak Angket Selesai, Mahfud MD: Hak Angket Tak Terkait dengan Pemakzulan
Pati sagu saat ini sebagian besar banyak dikenal sebagai bahan untuk membuat papeda, namun saat ini sudah mulai tumbuh industri pengolahan sagu menjadi produk yang modern seperti mi instan dan beras analog.
“Produk pangan olahan ini berpotensi menjadi pangan utama pengganti beras terutama pada saat terjadinya kelangkaan beras,” terang Putu.
Dalam Pameran Produk Dalam Negeri yang merupakan salah satu agenda Business Matching Pembelian Produk Dalam Negeri 2024, terdapat dua perusahaan industri pengolahan sagu yang diundang untuk berpartisipasi.
Yaitu PT. Galih Sagu Pangan dan PT. Langit Bumi Lestari.
PT. Galih Sagu Pangan menampilkan produk Sagu Mama Papua, yang merupakan nasi sagu siap saji.
Perusahaan juga memproduksi beras sagu dengan butiran yang cocok menjadi pengganti nasi dari padi.
Produk tersebut memiliki keunggulan seperti indeks glikemik rendah, bebas gula, bebas gluten, serta rendah natrium.
Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) beras sagu produksi PT. Galih Sagu Pangan mencapai 80%.
Sedangkan PT. Langit Bumi Lestari yang berasal dari Bangka, Provinsi Bangka Belitung, memproduksi beberapa produk makanan berbahan baku sagu.
Di antaranya Sago Mee, Pati Sagu Golden Sago, serta pati tapioka. Sago Mee disebut sebagai produk mi instan bebas gluten pertama yang terbuat dari sagu.
Adapun nilai TKDN produk mi instan sagu ini mencapai 40%.(rilis)