BI Diproyeksikan Naikkan Suku Bunga, Akibat Ketegangan Geopolitik di Timur Tengah
Chef Economist Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto.-foto: infobanknews.com/koranrb.id-
Posisi bulan ini juga akan turun.
“Sehingga instrumen terakhir yang digunakan ya menaikkan BI-rate,” ujarnya.
Sejatinya, BI juga memiliki instrumen moneter lainnya seperti SRBI, SVBI, SUVBI, dan term deposit valas devisa hasil ekspor.
Hanya saja sentimen ekonomi global yang kuat membuat capital outflow sekitar USD 2,6 miliar.
BACA JUGA:Wow, Perputaran Judi Online di Indonesia Mencapai Rp347 Tiriliun Per Tahun
Gabungan dari saham dan obligasi.
Jika BI menaikkan suku bunga acuannya, lanjut Rully, maka likuiditas perbankan juga akan ikut mengetat.
Namun, kondisi perbankan saat ini dinilai masih kuat.
Tercatat, loan to deposit ratio (LDR) berada di level 84,05 persen.
“Karena sektor perbankan pernah mengalami LDR di atas 90 persen. Jadi saya rasa dengan perkembangan tersebut ruang bagi perbankan untuk menyalurkan kredit masih cukup terbuka,” bebernya.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menuturkan, konsensus pasar memperkirakan bank sentral berpotensi menaikkan BI-rate tahun ini.
Hal itu sejalan dengan penguatan USD terhadap mata uang dunia, termasuk Rupiah.
“BI mungkin masih berpikir untuk hold dulu. Walaupun ruang naiknya ada, kalau memang rupiah tembus Rp 16.500 per USD dan outflow juga masih terus terjadi,” ucap Asmo.
Tantangan lain jika terjadi kenaikan harga komoditas.
Terutama minyak mentah yang terus menerus imbas konflik Timur Tengah.