Cik Siti dan Sengkure Tradisi Unik, Khas Masyarakat Kaur
Tradisi unik cik Siti dan sengkure di kaur. --
Kegiatan ini juga hampir mirip dengan cik Siti hanya saja kostum yang digunakan berbeda.
BACA JUGA:Benarkah Lumba-lumba Mamalia Cerdas? Ini 5 Fakta Tentang Lumba-Lumba
Masyarakat yang ikut tradisi ini akan menggunakan pakaian yang telah dibuat menggunakan ijuk dari pohon aren.
Muka mereka juga akan dihiasi dengan makeup yang seram sehingga menyerupai wujud hantu.
Sama dengan Cik Siti, masyarakat yang telah menggunakan kostum ini akan berkeliling sembari diiringi dengan lantunan musik.
Tidak semua peserta akan menggunakan pakaian menyerupai hantu, hanya sekitar 5 - 15 orang saja yang akan diberikan pakaian dijadikan seperti maskot.
Kegiatan ini biasannya akan dilakukan di hari raya pertama sekitar pukul 14.00 WIB pada di iringi ratusan anak-anak, bapak-bapak, dan ibu-ibu serta dentuman musik mengiringi dari belakang, festival ini melakukan mengelilingi desa tanjung baru dan tanjung agung kecamatan Maje kabupaten kaur.
Sengkure sendiri dalam kisahnya diceritakan merupakan salah satu warisan leluhur masyarakat suku Nasal Kabupaten Kaur.
Lahirnya tradisi unik ini, berawal dari di zaman dahulu orang tua membuat cerita imajinasi yang menggambarkan sosok hantu mengerikan dengan badan penuh bulu dan juga wajah yang menyeramkan.
Cerita ini dipakai orang tua di Kecamatan Nasal untuk menakuti anak-anaknya yang susah untuk disuruh pulang ketika sudah keluar dimalam hari.
Berjalan dengan perkembangan zaman, tokoh yang menyeramkan yang sering digunakan untuk menakuti ini di buat masyarakat menjadi nyata.
Dengan cara mendadani orang menggunakan daun ijuk dan pakaian menyerupai hantu lainnya.
Dari cerita urban Legend untuk menakuti anaka agar tidak pulang malam inilah lahir tradisi rutin tahunan Sengkure di Kabupaten Kaur.
- Tag
- Share
-
-
