Sampah Jadi Masalah Besar, Kampanyekan Pengolahan Sampah Jadi Barang Bernilai Ekonomis
BIMTEK: KLHK RI saat melakukan Bimtek Pengolahan Sampah kepada sejumlah pemangku kebijakan dan masyarakat di Rejang Lebong.-foto: media centre pemkab rejang lebong-
Ia mengatakan gambaran pengelolaan sampah di Rejang Lebong saat ini dipantau langsung oleh Kemendagri dan KLHK.
Ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah tidak hanya penting untuk lingkungan, tetapi juga untuk keberlanjutan ekonomi daerah.
“Melalui sosialisasi dan Bimtek ini, kita mencoba mengajak seluruh pihak terkait untuk mendukung pergerakan ekonomi dengan memanfaatkan daur ulang sampah menjadi produk bernilai ekonomi,” jelasnya.
Alfi mencontohkan pengolahan sampah plastik asoy atau kantong kresek bisa diolah menjadi berbagai produk seperti tas jinjing, kotak tisu, dan lainnya.
Menurutnya bahwa proses pembuatan produk dari kantong asoy bekas cukup sederhana dan tidak memerlukan peralatan khusus.
"Kantong asoy bekas dicuci, kemudian disusun hingga 7-11 lapis, lalu disetrika dengan lapisan kertas hingga menyatu, dan akhirnya dibentuk menjadi produk seperti tas jinjing dan kotak tisu yang dijahit dengan mesin jahit. Produk-produk ini bisa dijual dengan harga Rp30.000 – Rp50.000," katanya.
Alfi mengungkapkan, melalui sosialisasi dan Bimtek ini, diharapkan masyarakat dan pemerintah daerah dapat bekerja sama dalam mengelola sampah secara lebih efektif, sehingga dapat menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat serta memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
“Ke depan kita berharap persoalan sampah di Rejang Lebong ini bisa ditanggulangi dengan baik, dengan melakukan berbagai metode pengolahan yang bisa menghasilkan barang bernilai ekonomis. Memang untuk awal cukup berat memberikan penyadaran kepada masyarakat, tapi yakinlah bahwa hal ini bukanlah sesuatu yang tidak mungkin jika dilakukan bersama-sama,” papar Alfi.