9 Alasan Psikologis Mengapa Orang Tua Bisa Menyebabkan Anak Menjadi Kriminal

Reporter: Arie Saputra Wijaya |

Editor: Fazlul Rahman |

Rabu , 14 Aug 2024 - 19:18

--screenshot ig @raisingvolvess

9 alasan psikologis mengapa orang tua bisa menyebabkan anak menjadi kriminal                            koranrb.id - dalam ilmu psikologi, peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter dan perilaku anak.
pola asuh, nilai-nilai yang ditanamkan, serta lingkungan keluarga dapat memberikan dampak besar terhadap perkembangan psikologis seorang anak.
dalam beberapa kasus, pola asuh yang tidak tepat dapat berkontribusi pada terbentuknya perilaku kriminal pada anak. 
berikut adalah beberapa alasan mengapa orang tua dapat menyebabkan anak mereka menjadi kriminal menurut perspektif psikologi:
baca juga:ini tanggapan bpip terkait paskibraka di ikn harus copot jilbab
1. pola asuh yang keras dan abusif
orang tua yang menerapkan pola asuh keras, abusif, atau penuh kekerasan fisik maupun verbal, dapat mengakibatkan anak tumbuh dengan perasaan marah, tidak aman, dan dendam.
kekerasan yang diterima anak dari orang tua dapat memicu anak untuk meniru perilaku tersebut. 
dalam psikologi, konsep ini dikenal dengan istilah 'social learning theory', yang menyatakan bahwa anak cenderung meniru perilaku yang dilihat dari orang tuanya.
ketika seorang anak tumbuh dalam lingkungan yang penuh kekerasan, ia mungkin melihat kekerasan sebagai cara yang sah untuk menyelesaikan masalah, yang pada gilirannya dapat mendorongnya ke dalam tindakan kriminal.
2. kurangnya kasih sayang dan perhatian
anak-anak yang tumbuh tanpa perhatian atau kasih sayang yang memadai dari orang tua cenderung mengalami kesulitan dalam mengembangkan hubungan yang sehat dengan orang lain.
baca juga:pendaftaran cpns 2024 sudah dibuka, siapkan 9 hal penting berikut saat mendaftar
kurangnya kasih sayang bisa menyebabkan anak merasa tidak berharga atau diabaikan, yang kemudian bisa memicu perilaku pemberontakan sebagai upaya untuk mendapatkan perhatian. 
ketika seorang anak merasa diabaikan, mereka mungkin mencari pengakuan dan afeksi dari sumber lain, termasuk dari kelompok kriminal atau teman sebaya yang memiliki pengaruh negatif.
3. disfungsi keluarga
keluarga yang tidak stabil atau disfungsi keluarga, seperti perceraian, perselisihan yang berkepanjangan, atau ketidakhadiran salah satu orang tua, dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan mental anak.
dalam situasi seperti ini, anak mungkin merasa kehilangan rasa aman dan stabilitas yang biasanya diberikan oleh keluarga yang harmonis.
ketiadaan figur orang tua yang kuat dan stabil bisa menyebabkan anak mencari pengaruh dari luar, yang dalam beberapa kasus bisa berasal dari lingkaran sosial yang berperilaku menyimpang.
baca juga:paskibraka di ikn harus copot jilbab , mui bengkulu protes keras, syamlan : lebih baik pulang saja
4. tekanan dan ekspektasi yang berlebihan
orang tua yang menaruh ekspektasi yang sangat tinggi dan memberikan tekanan berlebihan kepada anak dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang besar.
jika anak merasa tidak mampu memenuhi ekspektasi orang tua, hal ini bisa menimbulkan perasaan frustrasi dan kegagalan. 
dalam beberapa kasus, anak-anak ini mungkin mencari pelarian melalui tindakan yang dianggap tidak pantas atau ilegal sebagai bentuk protes terhadap tekanan yang mereka rasakan.
tekanan ini juga bisa memicu perasaan rendah diri dan tidak berharga, yang dapat mendorong perilaku kriminal sebagai bentuk kompensasi atau pengalihan dari perasaan tersebut.
5. kurangnya pengawasan dan kontrol
pengawasan yang lemah dari orang tua terhadap aktivitas anak dapat membuka peluang bagi anak untuk terlibat dalam perilaku yang berisiko.
baca juga:18 paskibraka di ikn copot jilbab, ppi : cederai kebhinekaan
orang tua yang tidak memberikan pengawasan yang memadai, baik dalam hal pergaulan maupun aktivitas sehari-hari anak, memberikan ruang bagi anak untuk melakukan tindakan kriminal tanpa rasa takut akan konsekuensinya. 
anak-anak yang dibiarkan bebas tanpa batasan sering kali merasa tidak ada otoritas yang akan menghukum mereka, sehingga mereka merasa lebih bebas untuk melanggar norma-norma sosial.
6. pengabaian kebutuhan emosional
orang tua yang tidak mampu atau tidak mau mengenali dan memenuhi kebutuhan emosional anak dapat menyebabkan anak tumbuh dengan kekosongan emosional.
anak-anak yang merasa diabaikan secara emosional mungkin mencari pemenuhan kebutuhan tersebut di luar rumah, sering kali di lingkungan yang salah. 
pengabaian emosional dapat menyebabkan anak mengembangkan perasaan keterasingan, yang kemudian bisa memicu mereka untuk bergabung dengan kelompok-kelompok yang menawarkan rasa memiliki, meskipun kelompok tersebut terlibat dalam kegiatan kriminal.
baca juga:ditabrak truk, warga seluma meninggal dunia, begini kronologisnya
7. pengalaman traumatis dalam keluarga
trauma yang dialami anak, seperti pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, atau kehilangan orang tua, dapat menyebabkan dampak psikologis yang mendalam.
anak-anak yang mengalami trauma cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku. 
trauma yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan anak mengambil jalan kriminal sebagai cara untuk mengatasi rasa sakit emosional mereka.
psikologi perkembangan menunjukkan bahwa trauma masa kecil memiliki dampak jangka panjang yang signifikan pada perilaku di masa dewasa.
8. model perilaku kriminal dalam keluarga
jika orang tua atau anggota keluarga lainnya terlibat dalam aktivitas kriminal, anak cenderung melihat perilaku tersebut sebagai hal yang normal.
anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan di mana tindakan kriminal dianggap biasa atau bahkan dihargai, mungkin tidak melihatnya sebagai sesuatu yang salah.
baca juga:korupsi dana bos, mantan kepala smkit di bengkulu selatan dituntut 5 tahun penjara
ini adalah bentuk 'observational learning' di mana anak mengamati dan kemudian meniru perilaku yang dilihat dari orang tua atau anggota keluarga lainnya.
9. perilaku anti-sosial orang tua
orang tua yang menunjukkan perilaku anti-sosial, seperti tidak mematuhi aturan hukum, tidak menghargai norma sosial, atau menunjukkan sikap negatif terhadap masyarakat, dapat memengaruhi anak untuk mengadopsi perilaku serupa. 
psikologi menunjukkan bahwa anak-anak sangat dipengaruhi oleh perilaku orang tua mereka. jika orang tua secara konsisten menunjukkan sikap anti-sosial, anak mungkin akan menginternalisasi nilai-nilai tersebut dan menganggap perilaku kriminal sebagai sesuatu yang dapat diterima.
dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dari sudut pandang psikologi, berbagai faktor yang terkait dengan pola asuh dan lingkungan keluarga dapat berkontribusi terhadap perilaku kriminal pada anak.
kekerasan, pengabaian, kurangnya kasih sayang, dan model perilaku negatif dari orang tua adalah beberapa faktor utama yang dapat mendorong anak menuju kehidupan kriminal. 
baca juga:ini 10 daerah kota paling sepi di indonesia, kota bengkulu nomor berapa?
oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami dampak dari tindakan dan sikap mereka terhadap perkembangan psikologis anak, serta untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan emosional dan moral yang sehat.

Tag

Share

Koran Edisi Terbaru

Baca Koran Rakyat Bengkulu, Kamis 15 Agustus 2024

Berita Terkini

Berita Terpopuler

Berita Pilihan