Putin Deklarasi Maju Pilpres Lagi

Vladimir Putin--

MOSKOW, KORANRB.ID – Vladimir Putin memastikan akan kembali maju dalam pemilihan presiden Rusia yang digelar pada Maret 2024 mendatang. Kepastian itu disampaikannya pada Jumat (8/12) saat menghadiri acara penyematan medali bintang emas ”Pahlawan Rusia" di kerah tentara yang bertempur di Ukraina di Kremlin.

”Saya tidak akan menyembunyikan bahwa saya memiliki pemikiran yang berbeda pada waktu yang berbeda, namun sekarang saatnya untuk mengambil keputusan. Saya akan mencalonkan diri sebagai presiden," ujarnya sebagaimana dikutip dari Reuters.

Pernyataan tersebut disampaikan Putin setelah merespons permohonan yang disampaikan Artyom Zhoga, seorang letnan kolonel kelahiran Ukraina era Soviet yang berjuang untuk Rusia. Zhoga meminta Putin mencalonkan diri lagi. ”Anda adalah presiden kami, kami adalah tim Anda. Kami membutuhkan Anda. Rusia membutuhkan Anda."

BACA JUGA:11 Panelis Debat Jalani Karantina Mulai Hari Ini, Cegah Kebocoran, Daftar Pertanyaan Disegel

Putin yang sudah berkuasa empat periode masih mendapat dukungan. Meskipun kebijakannya memulai perang Ukraina sangat memakan biaya dan telah merenggut ribuan nyawa warga negaranya. Momen ”deklarasi” Putin sendiri menarik perhatian. Karena disampaikan dalam pidato sederhana. Bahkan tanpa disiarkan melalui siaran TV. Putin juga menyampaikannya tanpa memperlihatkan wajahnya ke arah kamera.

Dilansir dari France 24, Tatiana Stanovaya dari Carnegie Russia Eurasia Center mencatat bahwa pengumuman tersebut dibuat dengan cara yang sederhana. Dia menduga cara itu sebagai upaya Kremlin mencerminkan kerendahan hati Putin dan fokusnya pada pekerjaannya dibandingkan dengan kampanye.

BACA JUGA: AS Tolak Gencatan Senjata di Gaza, Inggris Abstain, Resolusi DK PBB Didukung 13 dari 15 Negara

Untuk diketahui, Putin sendiri telah dua kali menggunakan pengaruhnya untuk mengamandemen konstitusi sehingga secara teoretis dia dapat tetap berkuasa. Dia sudah menjadi pemimpin Kremlin yang paling lama menjabat sejak diktator Soviet Josef Stalin, yang meninggal pada tahun 1953.

Di sisi lain, langkah Putin mendapat kritik. Cara Putin mengamandemen aturan dinilai sebagai upaya melanggengkan kekuasaan. ”Dia takut menyerahkan kekuasaan,” kata Dmitry Oreshkin, analis politik dan profesor di Free University of Riga, Latvia, kepada The Associated Press. (far/c9/tia)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan